Friday, August 31, 2007

jadilah guru juga

hidup guru, begitulah mbak ria, sahabat maya saya mengakhiri komentar singkatnya di blog ini. ah guru, pahlawan tanpa tanda jasa. jujur saja, tujuh atau sepuluh tahun lalu paling malas generasi mudanya berangan-angan menjadi guru. pun saya.

tetapi ini batam, bung! pulau yang diseting pak habibie menjadi kota industri, hingga tak terpikir jumlah anak usia sekolah melonjak drastis, tak sebanding dengan jumlah sekolah yang sekuat tenaga dibangun pemerintah. jangan heran jika dibuka smk negeri, tetapi gedungnya masih numpang. kalau tak salah smk negeri 3 masih numpang di smp negeri 16.

pemerintah tersadar (semoga), guru diburu. hampir setiap penerimaan pns, guru menjadi prioritas. kalau tak salah juga, dalam waktu sekat Pemprov mencari guru tak tetap yang bakal disebar di sekolah-sekolah yang membutuhkan. minat untuk menjadi guru juga meningkat (maaf, menurut pengamatan saya). selain memang belum banyak pesaing, pemerintah juga memanjakannya. pemkot batam misalnya, mengeluarkan insentif tiap bulan, ada juga thr menjelang lebaran. pemerintah provinsi pun tak mau ketinggalan, memberikan penghargaan yang sama.

ssst, ada juga yang unik. entah kalau sekarang memang seperti ini semua (soalnya sewaktu saya sekolah tak seperti ini), saat pembagian rapor orangtua siswa biasa menyalami guru anaknya dengan amplop di tangan. ada cerita nyata teman saya, mendapatkan uang hasil terima kasih orangtua siswanya yang jumlahnya hampir menyamai umk batam 2007. padahal dia guru honorer di sebuah sd negeri.

tetapi jangan lantas menganggap ingin menjadi guru di batam hanya mengharapkan insentif dan naik kelas setiap tiga bulan sekali biar salaman amplop tadi sering diterima. banyak yang memang ingin mengabdikan diri sebagai pendidik, kalau toh sebagai bentuk terima kasih pemerintah terhadap jasa guru lalu memberikan insentif, tak ada yang salah, kan?

jujur saja, kalau tahu begini saya kemarin masuk IKIP atau FKIP saja. hidup guru dan orang-orang yang ingin menjadi guru, bahkan sekadar membayangkan seandainya menjadi guru! bayangkan, di kota sesemrawut batam masih bisa digugu dan ditiru anak didik, siapa tak bangga!!!

penasaran? lanjut....

Wednesday, August 29, 2007

jadilah bidan

"melayang tinggi menuju angkasa, meraih segala..... jadilah bintang" tentu anda ingat betul jingle program kontes dangdut indonesia di sebuah televisi swasta itu. tetapi bagia sebagian warga batam, kalimat jadilah bintang kerap diplesetkan menjadi "jadilah bidan"

mengapa harus bidan. ya, bidan adalah satu profesi mulia sekaligus menjanjikan di batam. biasanya, kalau pemerintah menyediakan lahan kavling untuk warga yang digusur, pasti ada bidan yang membeli lahan di sana. cukuplah untuk mendirikan bangunan seluas 6x10 meter. begitu warga mulai membangun rumahnya, sang bidan pun mulai buka praktek.

lahan bidan memang tak pernah mati. apalagi batam menjadi tujuan para pencari kerja yang dapat dikatakan rata-rata berusia muda. ketika ia mendapatkan pekerjaan, bertemu dengan pasangan hatinya yang juga bekerja. apalagi? ya menikah. lalu punya anak. di tengah kondisi perekonomian yang sulit, bidan masih menjadi andalan untuk menangani proses persalinan. toh secara legal formal bidan memang diperbolehkan untuk membuka praktik.

tak jarang di sebuah permukiman terdapat lebih dari seorang bidan praktik. nyatanya memang sangat dibutuhkan, kok. dari segi grafik ekonomi sang bidan, coba pantau dari waktu ke waktu. nah, tak ada salahnya kan menjadi bidan?

penasaran? lanjut....

Tuesday, August 28, 2007

hidup segan mati ogah

saya cuma bisa nulis begini, kok belum (nggak) ada aturan jelas di dari dinas pendidikan di batam berapa maksimal sebuah sekolah menerima murid baru. maaf, saya memang mengesampingkan orangtua calon siswa yang pasti ingin agar anaknya masuk sekolah negeri.

mengapa saya ingin bertanya, karena banyak sekolah swasta di batam yang hidup segan mati pun ogah. bahkan ada sebuah smp yang memiliki cuma seorang murid baru. bisa anda bayangkan? salah satu penyebabnya ya itu tadi, sekolah negeri berlomba-lomba untuk menerima siswa sebanyak-banyaknya. sekolah swasta tak lagi kebagian murid.

sebuah sekolah yang saya tahu, meminta kepada orangtua calon siswa kalau memang bersedia membangun gedung dan membayar guru, silakan menyekolahkan anaknya. jika sekolah negeri itu dipaksa menerima calon siswa yang ada, jelas tak nampung. dan orangtua bersedia, jadi jangan heran kalau siswa di sekolah itu harusnya bebas duit sekolah lantaran turun dana bos (bantuan operasional sekolah), masih tetap membayar juga.

seorang kepala sekolah smp swasta teman saya pernah bilang seperti ini, "kalau memang sekolah swasta nggak dipedulikan, mungkin saya sekat-sekat saja menjadi kos-kosan." menurut perhitungan saya, memang akan lebih menguntungkan sebagai kontrakan daripada sekolah. kalau sudah begini, tanya kenapa?

penasaran? lanjut....

kalau dikalikan sekian, berapa?

ini soal pendidikan. beberapa sekolah negeri di batam masih menerapkan kelas sore karena membludaknya jumlah siswa baru. dengan alasan bisa menampung calon siswa di sekolah negeri, yang kabarnya biaya sekolahnya nggak tinggi-tinggi amat, berapa lokal pun oke.

sayang, ada yang terlupakan. saya nggak ingin menyebutkan berapa standar satu jam pelajaran untuk smp atau sma (yang saya perhatikan di sini sebuah smp negeri), yang saya perhatikan justru pengurangan jam pelajaran tadi. pernah saya memelototi jam tangan, ternyata setiap satu jam pelajaran berkurang lima menit.

ini (mungkin) harus dilakukan oleh sekolah bersangkutan karena jika jamnya dibuat standar anak didiknya bisa pulang malam hari atau paling tidak habis maghrib. okelah lima menit, kalau satu hari ada lima pelajaran, artinya sudah 25 menit. bisa untuk menyampaikan materi singkat. kalau sekian hari, sekian minggu atau sekian bulan?

penasaran? lanjut....

setumpuk ijazah di sudut ruang

awalnya hanya ingin nanya bagaimana pindah sekolah. ceritanya, anak tetangga minta tolong agar saya nanya ke sebuah sma negeri di batam, karena anak pertamanya yang baru masuk sma bulan juli kemarin nggak kerasan di tanjungpinang.

saya ke sebuah sma negeri. syukur akhirnya ketemu kepala sekolahnya. intinya anak tetangga saya tadi nggak bisa pindah karena berbagai alasan, pertama, tak ada lagi kursi di ruang kelas satu yang baru. "maaf, satu ruang saja muridnya 45 orang, bagaimana mau ditambah mas? kasihan anaknya nanti" begitu kata pak kepala sekolah. kedua, syarat untuk pindah kan harus ada rapornya sedangkan anak tetangga saya belum satu semester di sebuah sma di tanjungpinang.

ya sudah, mau bagaimana lagi...

nah, yang menarik justru saat saya melihat tumpukan kertas ditaruh dalam kardus bekas apa saya kurang paham. kalau hanya kertas sih tak masalah. kata kepala sekolah, itu ijazah yang tak diambil siswa yang sudah lulus. jumlahnya puluhan setiap tahun kelulusan.

pasti anda bertanya, buat apa sekolah dan lulus jika ijazahnya nggak diambil, sama dengan apa yang ada di otak saya. mau tahu jawaban kepala sekolah tadi, katanya banyak orangtua yang kurang peduli dengan ijazah anaknya. memang sih, untuk mengambil ijazah harus ada syaratnya juga, entah melunasi biaya ujian, spp yang nunggak atau administrasi lain.

rupanya, sebelum benar-benar lulus dan menggenggam ijazah di tangan, sudah ada siswa yang melamar pekerjaan hanya dengan surat keterangan dari sekolah bahwa yang bersangkutan memang lulus sedang menunggu ijazah aslinya. begitu diterima, ia pun berpikir ah buat apa ijazah toh saya sudah bekerja. sedangkan orangtuanya mungkin sudah lupa apakah ia pernah menyekolahkan anaknya, seperti ia lupa kewajibannya mengambil ijazah anaknya.

saya nanya lagi, apa hal itu juga terjadi si sekolah negeri lain. kepala sekolah mempersilakan saya mencari informasi karena ia yakin apa yang terjadi di sekolah yang dipimpinnya juga bakal saya temukan di sekolah lain. ya sudah, mau apa lagi?...

penasaran? lanjut....

Friday, August 24, 2007

bekas, seken, atau second?

anda bukan warga batam? mohon maaf, di papan nama pasar ini pasti ada yang salah, apalagi jika dikaitkan dengan ejaan yang disempurnakan, juga baku dan tak baku. ya beginilah batam, untuk menyebut barang bekas atau second hand, warga lebih suka menggunakan istilah seken. atau ini semacam upaya menciptakan kata baku khas batam, entahlah...

tapi jangan mencibir dahulu, justru dari tempat seperti ini sebuah rumah di batam bisa melengkapi diri dengan perabotan. bekas sih, tetapi kualitasnya masih bagus. apalagi kebanyakan gelontoran dari singapura.

penasaran? lanjut....

rumah kenangan

bagi anda, foto ini pasti tak membuat mata lebih cerah. tetapi bagi bekas pemiliknya, bangunan tak beraturan ini pernah memberikan kehangatan saat angin dan hujan deras melahap jalanan batam, atau berteduh dari panas matahari yang meranggaskan pepohonan batam karena kurang air.

ya, ini contoh rumah liar yang ditinggalkan begitu saja oleh pemiliknya yang kini entah pulang kampung, atau membeli rumah baru. jelas tidak mempesona. yah, beginilah nasib rumah liar tanpa tuan.

penasaran? lanjut....

elo elo, gue gue

sungguh, foto ini bukan rekayasa. saya tergoda sekaligus khawatir, tergoda karena tak juga dibenahi pemiliknya, khawatir kalau pas lewat di bawahnya tiba-tiba kacanya lepas dan.....

batam memang mudah membuat orang terlalu sibuk atau (maaf) menyibukkan diri sendiri. elo elo, gue gue, agaknya penyakit ini mulai menghinggapi pribadi warga batam. orang lain tentu tak akan pernah peduli jika sikap tadi berkaitan dengan hobi nonton film atau lagu kesukaan. elo mau suka lagunya elvi sukaesih, gue doyan lagunya sepultura, biarin aja. gak berpengaruh. bahkan hingga elvie sukaesih nggak lagi tenar, its no problem.

tapi kalau yang beginian tetap keukeuh pada elo elo, gue gue, terus bagaimana lagi?

penasaran? lanjut....

lebih sulit mempertahankan

piala adipura yang tahun ini diraih batam bukan berarti pelosok-pelosoknya bersih. itulah yang selalu marak ditanyakan warga, baik melalui surat pembaca, interasi di radio atau juga perbincangan kedai kopi.

penilaian adipura hanya pada titik-titik tertentu. toh begitu, agaknya warga belum juga tergelitik untuk sekadar membersihkan got depan rumahnya. apalagi got di jalanan. lebih suka mengganti uang daripada ikut kerja bakti, benar, nggak? foto ini saya dapatkan dari depan sebuah sekolah cukup punya nama di batam. sebenarnya dua minggu lalu saya lihat, nah kemarin kembali saya lihat kok sampah yang ada belum dibersihkan. saat ini hujan lagi senang-senangnya diguyur hujan.

yang pasti, kita, warga batam, masih ingin mendekap erat piala adipura tahun mendatang. pertanyaannya, bisakah kita mempertahankannya bila budaya kotor masih menjadi bagian dari diri kita? asal tahu saja, jika ingin mempertahankan titik penilaian akan ditambah.

penasaran? lanjut....

ya beginilah template pemberian | Elque 2007