Friday, May 30, 2008

sempurna

rasanya sempurna sudah hidupku di batam, dengan jatah uang bensin tetap dari istri, ternyata kendaraan tak melaju sejauh biasanya, karena aku lupa bbm naik lagi, oh pantas...
menikmati mie ayam pakdhe di atas bukit pancur yang biasanya sejuk kok sore itu agak panas, rupanya pakdhe tak mampu lagi membeli minyak tanah, bukan karena mahalnya tetapi kalah bersaing dengan mafia-mafia minyak tanah, oalah pakdhe pakai kayu bakar untuk memanaskan mie pesananku, pantas panas...
malam harinya, kuhidupkan komputer bulukan yang hardisknya sudah berbunyi kalau lagi startup, baru semenit monitor menyala tiba-tiba mak pyet, listriknya mati, entah sudah ke berapa kali ruang tamuku gelap, hm listrik giliran pemadaman lagi, pantas...
sempurna sudah hidup ini di batam, kalau ingin merasakan perjuangan hidup, cobalah datang ke batam.... kami tunggu!

penasaran? lanjut....

gerah di ruangan ber-ac

dua atau tiga hari lewat, lagi ngantar kawan mau nabung di bank riau, sei panas. meski tak begitu besar, tetapi ruangannya nyaman juga. suejuk, karena ac. hawa panas setelah sekian menit di jalan, rasanya langsung hilang di tempat ini. tiba-tiba saja keheningan pecah ketika seorang perempuan muda berjilbab berbicara agak keras kepada seorang teller.

dari pembicaraan yang aku tangkap, si ibu hendak mengambil uang bantuan untuk sekolahnya. rupanya dia seorang guru. ketika ditanyakan ktp kepadanya, si ibu menjawab ktp-nya belum jadi. aku pikir, ah pasti karena sistem siak yang selama ini banyak dikeluhkan warga. si teller ngotot tak bisa mencairkan uang bantuan itu meski buku tabungan atas nama sekolah tempatnya mengajar ada di genggamannya. "harus pakai ktp, buk," kata si teller.

"sejak kapan?" tanya ibu guru tadi.
"sudah lama."
"saya bukan sekali dua kali mengambil uang bantuan ke sini, mbak. kalau memang ada peraturan baru tolong ditempelkan di luar biar guru-guru yang datang dari jauh untuk mengambil bantuan sekolah tahu."
"saya hanya ingin mencocokkan tanda tangan ibu," kata si teller.

lalu terdiam beberapa saat. namun beberapa pasang mata di ruangan jelas menyimak pembicaraan tadi. aku sendiri lantas keluar karena ingin merokok. tak tahunya ibu guru tadi mendekat dan bertanya,"beginilah nasib guru mas. dulu aturannya bolah diambil satu orang, bendahara atau kepala sekolah. lalu ada kebijakan baru harus dua tandatangan, ya sudah kami penuhi. lha kok hari ini ada aturan baru harus pakai ktp segala. kalau dari kemarin-kemarin pakai ktp kan saya bisa minta tolong kepala sekolah yang ngambil, ktp saya belum jadi mas, masih di kecamatan."

aku hanya mendengarkan saja. terlihat kekesalan di wajah bu guru. lalu ia bertanya lagi, "mas waktu buat buku tabungan ini tandatangan saya dan kepala sekolah kan ada di kertas yang ditempelkan di bagian belakang sampul depan buku tabungan. apakah pihak bank tak bisa mengecaknya dari sana?"

sungguh, aku tak bisa memberikan jawaban. hanya saja dari tempatku berdiri kulihat ibu tadi memanggil ojek.

penasaran? lanjut....

Friday, May 16, 2008

dicari: pemasok lilin

apa yang paling dicari warga batam saat ini? bisa jadi lilin. karena hampir setiap hari ada penggiliran pemadaman listrik. jangan senewen bila tengah asyik-asyiknya mengunduh lagu di internet tiba-tiba pet... jangan marah-marah kalau perkakas elektronik anda kok nggak normal lagi. simpan saja amarah itu, memang beginilah batam.

aku tak tahu di kota sana, apakah warganya sudah mempersiapkan diri dengan genset pribadi atau lampu penyimpan energi sehingga nggak perlu lagi kelabakan saat listrik mati. yang jelas, warga yang tinggal di kawasan permukiman sederhana sepertiku pasti kelabakan. ditambah lagi belum bisa disiplin meletakkan korek api, jadi tahu sendiri. kadang nabrak kursi, meja atau daun pintu ketika yakin korek api di atas anu atau di bawah anu tetapi ternyata tak ada. jika listrik mak pet, satu saja yang terdengar dariku juga tetangga kanan-kiri.... lilin. lihatlah senyum bude padagang kelontong di depan rumahku. pagi-pagi sekali ia sumringah karena lilin dagangannya habis. gimana nggak habis kalau mati lampunya bukan cuma menitan tetapi jam-jaman. berapa sih daya tahan sebatang lilin itu?

nah ini bocoran buat siapa saja yang berjiwa bisnis, bagaimana kalau anda menjadi pemasok lilin ke batam saja? tetapi mohon jangan membuka gerai di tempatku karena sudah ada budhe. cari saja lahan lain, di batam kebanyakan warganya tinggal di rumah sederhana sepertiku kok. percayalah. bahkan yang tinggal di rumah liar juga nggak kalah banyak. lumayan, kan?

penasaran? lanjut....

Thursday, May 8, 2008

yang serius di tempat santai

sejam lalu aku menyantap semangkuk bakso tenis di bakso cak nanang, batam center. ah, penatnya habis mengantar istri ke dinas pendidikan, sekupang. sambil menunggu kulebarkan daun telingaku, siapa tahu ada bahan yang bisa menginspirasiku untuk blog yang kadang terlupakan karena urusan kerja.

awalnya hanya lima karyawati swasta di kursi depanku. kok tampak serius di tempat yang kerap didatangi warga untuk bersantai ini. rupanya mereka asyik membicarakan pukulan. tepatnya bogeman. seorang karyawati berambut cepak, jadi ingat silvana herman waktu gundul nih, mengangkat tangan kanannya. jemarinya tergenggam. dia berseru, "mbak ... (aku kurang jelas siapa nama perempuan yang berada tepat di kursinya, pas membelakangi aku), kalau mukul jangan dari samping, dari depan seperti ini. yang keras." dia mempraktekkan ucapannya, meski sambil duduk.

habis itu, dia juga memperagakan bagaimana memukul pipi seseorang dari samping. semangkuk baksoku dan segelas jus apokat memang sudah menunggu kusantap, namun mendengarkan pembicaraan serius mbak-mbak di depanku rasa lapar kok bisa tertahan. lalu rapat kecil di depanku semakin marak karena tiga perempuan lain juga turut memberikan saran, masukan dan pengalaman. jelas, mereka membicarakan pertahanan diri ketika berhadapan dengan lelaki konyol. aku tak tahu pasti apakah mereka pernah menjadi korban kejahilan lelaki. yang pasti, berita di koran memang terlalu kerap perempuan menjadi obyek kekerasan lelaki. entah buruh pt yang nekad meloncat dari dalam taksi karena supirnya berupaya merenggut kehormatannya, istri dipukul suaminya, istri yang di kampung yakin masih memiliki suami sah namun harus gigit jari ketika nyusul suaminya ke batam ternyata sang arjuna sudah memiliki srikandi lain.

biasanya aku paling lama betah 30 menit duduk di bakso cak nanang. itu sudah paket komplit, makan, minum, mengusap mumut pakai tisu, dan menghabiskan satu atau dua batang rokok. namun siang tadi aku hampir satu jam duduk di kursi plastik yang jujur saja tak empuk untuk pantatku yang kurang daging. pembicaraan mbak-mbak masih berlangsung ketika handphoneku berdering dan suara teman kantorku menyapa.

penasaran? lanjut....

Monday, May 5, 2008

yang malas dan yang memelas

pagi itu aku berada di antara sekian banyak orang, di atas perahu kayu. akhirnya berangkat juga perahu dari pelabuhan rakyat, punggur. gelombang air karena putaran baling-baling jelas terlihat, karena aku sengaja duduk di "pantat" perahu. pinggir pelabuhan lalu menghilang.

kurang dari setengah jam, aku turun ke pulau kubung. dari 51 kepala keluarga, empat diantaranya muslim. minoritas. jumlahnya sedikit. tetapi apakah karena yang sedikit lantas dilupakan? Atau digunakan kata terlupakan untuk memberikan pengertian tak sengaja. rumah-rumah tak ada yang rapi, yang penting bisa buat berteduh dari panas. ada sebuah rumah berbeda dari rumah lain, terbuat dari batu bata. ah, mungkin yang punya memang lebih kaya dari warga lain. kemudian aku temykan jawabannya, pemilik rumah ternyata bukan warga asli pulau ini. ia membuat sendiri bata, pasirnya dicari di pantai. ia hanya mengeluarkan uang untuk membeli semen, karena tak tahu bagaimana cara membuat semen.

aku mengembalikan pertanyaan kepada diri sendiri. di kamar belakang rumahku, sengaja aku kosongkan untuk sholat dan mengaji. sejak mendesain rumah tipe kecil hingga susah selonjor (rsss), aku memang tak pernah meninggalkan keinginan memiliki kamar untuk sholat. jika akhirnya terwujud, aku seharusnya rajin mengingat-Nya dalam doa. atau kulantunkan ayat-ayat penuh makna dalam kitab suci. ternyata tidak. pulang kerja lebih suka menyaksikan acara televisi, atau menyibukkan diri di depan komputer.

lihatlah anak-anak pulau kubung. mereka sangat ingin bisa sholat berjamaah di sebuah mushola. sayang, tak ada musahola di sini. satu-satunya jalan biar bisa mengaji bersama, mereka berlayar ke pulau seberang. itu hanya untuk mengaji. tetapi mereka melakukannya juga. ah tuhan, aku malu. semua ada di hadapanku, kitab suci, sajadah, tetapi kadang teronggok berhari-hari karena lupa kusentuh.

di daun pintu seorang warga pulau kubung, masih kulihat poster pasangan walikota dan wakil walikota. belum dilepas, meski pudar warnanya karena panas matahari dan air hujan. mungkin si pemilik rumah berharap orang-orang yang ada di poster itu sesekali turun dan melihat kondisi yang ada. "kami hanya butuh izin dari orang batam (pejabat) untuk mendapatkan tanah sedikit saja sebagai areal mushola. soalnya tanah-tanah di sini sudah ada yang memiliki, tolonglah," begitu kata seorang muslim setempat, memelas.

penasaran? lanjut....

ya beginilah template pemberian | Elque 2007