tag:blogger.com,1999:blog-90495759671555595682023-11-16T18:27:21.668+07:00::YA BEGINILAH BATAM ::everything about batam, kepri, indonseia.farand ilalanghttp://www.blogger.com/profile/14493168180683166700noreply@blogger.comBlogger172125tag:blogger.com,1999:blog-9049575967155559568.post-61556753860375747742009-05-24T18:03:00.002+07:002009-05-24T18:13:11.851+07:00cepat atau lambattiba di pelabuhan punggur, aku langsung saja menuju taksi jurusan panbil. kebetulan ada seorang teman yang satu tujuan, jadi bisa dipatung berdua he he. tak usah antre, agak mahalan dikit yang penting bisa cepat sampai di rumah. seminggu sekali bertemu istri bro...<br /><br />di simpang empat kabil, setelah spbu terlihat kerumunan kecil namun cukup untuk membuat laju kendaraan, termasuk taksi yang saya tumpangi melambat. seorang lelaki marah-marah sambil menunjuk-nunjuk muka seorang supir metrotrans. yang ditunjuk tak kalah garang, ganti turun dari ruang kemudia dan mendekati warga tadi.<span class="fullpost"><br /><br />supir taksi yang saya tumpangi tiba-tiba turun. rupanya ia kenal supir metrotrans yang terlibat pertikaian. ia tampak berbincang dengan supir metrotrans, sekitar lima menit lalu ia kembali. kepada saya, supir taksi cerita kemarahan penumpang dipicu ongkos yang ditarik supir metrotrans dianggapnya kemahalan seribu perak. bukan tanpa alasan kalau ongkos dinaikkan seribu perak.<br /><br />"metrotrans itu kan nunggu, antre dulu biar pebuh baru berangkat. dan antrenya bukan dibiarkan sembarangan, ada calo yang bertugas mencari penumpang. kalau penumpangnya penuh, calo mendapatkan imbalan sepuluh ribu perak. makanya supir metrotrans ngotot minta tiga ribu, sedangkan penumpangnya ngotot tiga ribu saja," cerita supir taksi.<br /><br />uh, sulitnya menjadi warga batam. mau cepat bayar, sudah lambat bayar juga. contoh yang mau cepat, bikin ktp tembak, minta tolong orang dalam di kantyor imigrasi buat ngurusin paspor, nyogok orang samsat dan sebagainya. urusan memang cepat, tetapi duit sudah pasti nambah. lha yang lambat bayar juga, ya cerita supir dan penumpang tadi.</span>farand ilalanghttp://www.blogger.com/profile/14493168180683166700noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-9049575967155559568.post-70334512371415162732009-05-24T17:49:00.002+07:002009-05-24T18:02:56.146+07:00mengalir sampai jauhsemalam, pukul 00.10 wib, rasa lapar menyerang. untung di depan rumah, samping masjid al maruf bidadari masih ada penjual nasi goreng buka. alhamdulillah, akhirnya bisa tidur nyenyak hingga subuh.<br /><br />seminggu pulang sekali ke batam dari tanjungpinang, malam itu ada suara ganjil di telinga. kira-kira 50 meter dari kedai nasi goreng, suara mendesis campur cipratan air yang cukup keras mengusik rasa ingin tahu saya. kepada penjual nasi goreng, saya dapatkan jawaban jika suara itu pipa air atb yang bocor. bukan baru sehari dua hari, melainkan sudah enam hari.<br /><br />kata penjual nasi goreng yang saya percaya tahu betul kapan pipa air itu bocor, karena kedainya tempat jualan juga sekaligus tempat tinggal, pemilik rumah yang sebagian ruangannya dikontrakkan sudah lapor kepada atb. tetapi yang dilapori belum juga melakukan perbaikan.<span class="fullpost"><br /><br />begitu pesanan dibungkus, saya mendekati tempat pecahnya pipa. tak bisa saya hitung berapa kubik air yang mengalir sampai jauh, sia-sia. saya jadi ingat tetangga saya di bidaayu blok s beberapa kali datang ke rumah untuk numpang mandi kalau air di rumahnya mati. lebih terbayang dengan jelas, seminggu sekali air di perumahan hang tuah permai, tanjungpinang (tempat saya tinggal di tanjungpinang) baru mengalir. mengalirnya pun tak pasti. kadang ngucur malam hari, kadang siang hari.<br /><br />jujur saja saya katakan, setiap pagi menjadi kebiasaan saya mendatangi masjid hanya untuk sekadar mandi. menjelang sore, saya juga kembali mendatangi masjid untuk mandi sekaligus sholat ashar. wuih, betapa menyenangkan andaikata air di tanjungpinang seperti di batam. tak usahlah sampai terbuang percuma seperti kasus pecahnya pipa yang saya tuliskan ini. tak usahlah ngalir setiap hari, karena saya juga tahu tanjungpinang mengandalkan air dari dam sungai pulai yang debit airnya saat ini sungguh mengkhawatirkan. dua hari sekali ngalir saja cukuplah bagi saya.<br /><br />hingga kaki menginjakkan lantai rumah, masih terbayang jelasnya cipratan air tadi. apakah sesuatu yang kecil memang biasa untuk tidak dianggap oleh orang kita? begitu besar, buru-buru menanganinya sehingga kadang-kadang tak mampu lagi. ah, entahlah. perut saya kenyang dan saya keburu untuk tidur.</span>farand ilalanghttp://www.blogger.com/profile/14493168180683166700noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9049575967155559568.post-38470553249183734742009-05-23T12:55:00.003+07:002009-05-23T13:11:11.066+07:00bangga vs khawatirsaya bangga batam gencar memproklamirkan diri dengan slogannya: batam digital island. bagus, sebuah kota yang tak ingin ketinggalan informasi dan teknologi. yang berbau online agaknya tengah digandrungi. dulu ktp siak (yang harusnya online dari awal), lalu ada lelang online, baru-baru ini juga dikembangkan terobosan di dunia pendidikan.<br /><br />saya patut bertanya, begitu gencarnya pemkot membombardir telinga kita dengan batam digital island tadi. apakah semuanya sudah mendukung? misalnya, pegawai-pegawai biasa, yang bukan bekerja di pusat penanganan data atau tukang mencermati server, apakah mereka juga melek dengan kedigitalan tadi? ini bayangan saya saja, di sebuah pasar di batam ada seorang pegawai pemkot ditanya oleh penjual rujak yang rajin membaca koran tentang batam. si penjual rujak ingin tahu seperti apa program-program batam digital island tadi, bagaimana jika masyarakat ingin tahu.<span class="fullpost"><br /><br />lalu saya membayangkan begini, jika pegawai yang ditanya tak tahu. harapan saya pribadi sih, ada bagusnya pemkot mengikuti langkah yang dilakukan telkom (bandung?) yang mewajibkan pegawainya membuat blog atau program jejaring soaial lain seperti friendster atau facebook. tujuannya biar mereka juga bisa njelasin ke warga, karena mereka bekerja di sebuah perusahaan yang memang berkaitan erat dengan dunia informasi teknologi. ketika batam mengumandangkan diri sebagai batam digital island, yang ada dalam benak saya ya seperti itu. semua urusan bisa diselesaikan lewat online. nggak perlu ada orang marah-marah di kantor camat karena agama di ktp-nya berubah dari isian di form pengajuan pembuatan ktp.<br /><br />hayo kita hitung bersama-sama, berapa persen pegawai yang melek blog? yang punya facebook? yang paham betul bagaimana brwosing di internet? atau googling?</span>farand ilalanghttp://www.blogger.com/profile/14493168180683166700noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9049575967155559568.post-1001478648790348062009-05-20T12:25:00.002+07:002009-05-20T12:35:48.654+07:00sepi...tak akan banyak berubah kalau kita tak seksama. coba cermati, apa yang sedang terjadi di batam? yang pasti jangan dulu berpikir membangun rumah atau kamar kontrakan di dekat kawasan industri mukakuning.<br /><br />dulu, ya dulu, ada satu kamar kosong di kawasan bidaayu atau bidadari saja sudah ditanya buruh pabrik bisa tak dikontrak. sekarang, rumah-rumah warga, kontrakan berlomba menawarkan diri. bukan hanya itu, di sekitar tempat tinggal saya ada sedikitnya tujuh rumah dijual. lima diantaranya, karena pemiliknya mau pulang kampung.<span class="fullpost"><br /><br />saya punya berita, seorang buruh di sebuah pt di mukakuning ambil rumah di kawasan tanjungpiayu. cicilan uang muka lunas. pas mau akad kredit, ternyata ia di-phk. uang muka rumahnya ditawarkan separonya saja kepada orang lain yang bersedia meneruskan. tak juga laku sampai saat ini.<br /><br />masihkah batam menjanjikan? tanyakan kepada hati anda, sebarapa keras perjuangan anda, seberapa hebat perlawanan anda untuk menaklukkannya. jika lutut anda sudah tak mampu lagi menopang tubuh, saatnya bertanya: masih berapa jauhkah perjalanan untuk meraih harapan itu dengan kaki lumpuh?</span>farand ilalanghttp://www.blogger.com/profile/14493168180683166700noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9049575967155559568.post-866330253499412322009-05-17T10:33:00.003+07:002009-05-20T12:25:23.420+07:00tanjung paniangsaya punya kawan, belum lama dekat, kurang lebih setahun. keberaniannya patut dijadikan pegangan. dari solo, jawa tengah, pedagang cabe ini merantau ke tanjungpinang. awalnya bisnisnya lancar. karena persaingan, cabenya tak diangkut ke batam. busuk. berkali-kali. dan kawan saya tekor.<br /><br />saya pening di tanjungpaniang, kata dia waktu itu.<br /><br />bersama istrinya, ia ingin melupakan sebuah kota yang kini menjadi ibukota provinsi kepri. nekat, diboyongnya sang istri. berbekal semangat. di batam mengawali dengan pekerjaan kasar. ulet membuahkan hasil. tabungan minimnya dipakai untuk berjualan nasi tepi jalan. pengalamannya membuat penanganan manajemen dikerjakan benar-benar.<span class="fullpost"><br /><br />waktu berjalan. saat saya ditelepon, diminta main ke tempatnya. mungkin anda tahu, ialah mas purwanto, pemilik ayam kriuk yang kini terus mengembangkan inovasinya. kesedihan dijadikannya pegangan untuk maju, kebahagiaannya dijadikan kaca untuk mengingat masa lalunya. ia setia dengan pekerjaannya. kepada saya ia mengatakan hal berikut: buatlah satu sumur hingga menemukan air terjernihnya. banyak sumur bisa jadi banyak airnya, tetapi juga butuh butuh tenaga ekstra untuk mengurusnya. kecuali... mampu.<br /><br />selamat mas pur, semoga ayam kriuknya suatu hari nanti bisa punya cabang di tanjungpinang. dan tak lagi mengenang kota ini sebagai tanjung paniang...</span>farand ilalanghttp://www.blogger.com/profile/14493168180683166700noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9049575967155559568.post-64425932503585002532009-04-28T07:57:00.004+07:002009-04-28T08:07:07.676+07:00seperti tersangka?pekaksanaan ujian nasional hari pertama yang dimulai senin kemarin dikeluhkan oleh siswa. pasalnya, pengawasannya dinilai terlalu ketat dibandingkan tahun lalu. begitu yang kubaca dari batam pos, koran nasional terbitan batam.<br /><br />saking ketatnya, kata seorang siswa yang diwawancarai wartawan koran tersebut mengatakan bukan seperti seperti pelajar yang tengah menghadapi ujian nasional, melainkan tersangka kasus kriminal. ’’Tulis aja Pak, kasihan adik-adik SMP kalau sampai mengalami pengawasan seperti kami. Memangnya kami ini penjahat sampai diawasi seperti itu, bergerak sedikit saja matanya (pengawas, red) melotot terus terusan. Bikin gak konsen aja. Ketat sih ketat tapi apa sih susahnya senyum,’’ ungkap seorang pelajar.<span class="fullpost"><br /><br />untuk pengawasan ujian, selain oleh pengawas yang berasal dari guru sekolah lainnya atau pengawasan silang, ujian nasional ini juga diawasi oleh pengawas independen. Setiap sekolah ada satu pengawas independen. sedangkan jumlah sekolah yang digunakan untuk melaksanakan ujian ini sekitar 26 sekolah setara smp.<br /><br />hm, semoga ujian nasional kali ini membawa perubahan. aku ingat seorang kawan bernama muhammad dali, pengurus dewan pendidikan kabupaten lingga yang lebih setuju tingkat kelulusan murni. tanpa katrolan guru atau pengawas. "biar semuanya introspeksi diri. orangtua siswa senantiasa memantau perkembangan sekolah anaknya, pun demikian sebaliknya dengan murid-murid dan guru serta sekolah sebagai tempat menuntut ilmu," katanya waktu itu.</span>farand ilalanghttp://www.blogger.com/profile/14493168180683166700noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9049575967155559568.post-15059616458361133352009-04-28T07:47:00.001+07:002009-04-28T07:50:38.566+07:00mengapa aku tak ingin menjadi guru?sudah dua pagi ini aku mengantar istri menjemput soal ujian nasional untuk pelajar di sekolah tempatnya bekerja, pada jam yang biasanya masih aku gunakan untuk tidur. atau kembali tidur sehabis sholat subuh. ah, aku tak ingin menjadi guru. ada banyak alasan yang kuketahui pasti:<br /><br /><span style="font-style:italic;">pertama</span>, mau ujian nasional saja harus bangun lebih pagi. mengapa soal-soal itu tidak disimpan saja di sekolah masing-masing. ditaruh di laci kepala sekolah pun jadi. apakah sekolah kini menjadi tempat paling tidak aman untuk menyimpan soal ujian negara yang di sampulnya tercantum tulisan: rahasia negara?<span class="fullpost"><br /><br /><span style="font-style:italic;">kedua</span>, kalau aku menjadi guru bidang studi, sudah pasti menjelang ujian nasional yang harus kuingat adalah membantu mendongkrak nilai murid-muridku sesuai mata pelajaran yang kuampu.<br /><br /><span style="font-style:italic;">ketiga</span>, kalau aku kepala sekolah sudah pasti yang kupikirkan kelangsungan sekolah yang dipercayakan aku pimpin. paling tidak kirim sms kepada guru-guru untuk membantu murid mempermudah mendapatkan nilai untuk memuluskan kelulusan mereka.<br /><br /><span style="font-style:italic;">keempat</span>, kalau aku kepala dinas pasti tingkat kelulusan ujian nasional tak bisa kuanggap enteng. dengan anggaran pendidikan yang lumayan wah, pasti aku malu jika kabupatan atau kotaku mendapatkan posisi rendah untuk tingkat kelulusan siswa dalam ujian nasional tahun ini.<br /><br /><span style="font-style:italic;">kelima</span>, haruskah aku mengimbangi insentif yang diberikan provinsi dan kota dengan bekerja lebih keras? kalau jawabannya tidak, pasti anda, terutama anda yang saat ini memiliki anak-anak yang tengah bersekolah akan mengutukku menjadi batu. kalau toh jawabanku ya, meski kerja keras yang aku maksudkan adalah membantu menyelesaikan soal-soal ujian nasional untuk murid-muridku, aku yakin anda pun akan tetap menjawab: harus! pertanyaan sederhana, maukah anak anda tak lulus hanya gara-gara tak bisa mengerjakan ujian nasional? lalu anak anda harus ikut ujian paket? apalagi jika anak anda bersekolah di sekolah favorit.<br /><br /><span style="font-style:italic;">keenam</span>, kebanggan yang tampak bagi sekolah-sekolah (maaf, tentu tidak sekolah seperti ini. tetapi aku percaya jumlahnya terlalu sedikit dibandingkan yang ya) adalah memasang spanduk di jalan-jalan menjelang penerimaan murid baru. kalimat yang harus kupesan di percetakan atau sablon: sekolah anu menerima pendaftaran murid baru tahun pelajaran sekian sampai sekian. lulus ujian nasional 100 persen.<br /><br /><span style="font-style:italic;">ketujuh</span>, nilai standar kelulusan setiap tahun ditingkatkan hingga suatu saat nanti muncul angka 7. tahun ini masih berkisar kepala 5 koma sekian. sebuah momok yang menakutkan bagi sekolah-sekolah, apalagi yang statusnya masih swasta.<br /><br />alasan <span style="font-style:italic;">terakhir</span>, karena saya bukan lulusan kependidikan. dan juga aku tidak mengantongi akta empat sebagai syarat bagi sarjana non kependidikan yang ingin menjadi guru. padahal di batam sangat mudah mendapatkan akta empat. tak perlu waktu setahun seperti di provinsi lain. mungkin enam bulan sudah cukup. soal praktik mengajar di kelas, ah kan bisa kupelajari langsung nanti. soal kualitas mengajarku, itu urusan ke sekian. lagipula dari teman-temanku yang mengambil akta empat di sebuah perguruan tinggi di batam, jurusan apa saja bisa kok mengambil akta empat. enak, kan?<br /><br />sebetulnya, menjadi guru itu enak. hanya saja aku masih terlalu bodoh untuk membiarkan tingkat kelulusan murid-muridku sesuai kemampuan mereka masing-masing. standar kelulusan yang semakin tinggi setiap tahun akan membuatku semakin pintar membantu murid-muridku mengerjakan soal ujian negara. kejadian tahun lalu di sumatra utara, guru-guru asyik mengerjakan soal ujian murid-muridnya lantas digrebek polisi tak akan mampu menyurutkan niat. kalau tak bisa terang-terangan ya sembunyi-sembunyi.<br /><br />aku masih saja merasa kasihan melihat murid-murid yang saat ujian nasional kubantu mengatrol nilainya ternyata saat pendidikan di tingkat selanjutnya ia tak mampu bersaing dengan rekan-rekannya yang dulu lulus berkat kerja kerasnya sendiri.<br /><br />aku berharap suatu hari nanti hasil ujian nasional di batam dan kabupaten/kota lainnya di provinsi Kepri benar-benar murni. bukankah anda yang seumuran aku saat ini pernah juga khawatir saat menghadapi ujian nasional waktu itu? sudah seyogyanya kalau aku nanti bicara kepada anakku: ayah pernah juga menjadi murid smp atau sma, tahu bagaimana menghadapi ujian nasional meski saat itu belum ada angka standar kelulusan seperti belakangan ini. kelulusanmu ada di tanganmu. bukan gurumu atau kepala sekolahmu.<br /><br />percayakah anda, tulisanku ini semakin memperkuat posisiku untuk ditolak menjadi seorang guru di daerah ini?</span>farand ilalanghttp://www.blogger.com/profile/14493168180683166700noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9049575967155559568.post-8862385591110377172009-04-28T07:46:00.001+07:002009-04-28T07:47:24.440+07:00dulu ayah baik...minggu ini aku pulang lagi ke batam, setelah seminggu menemani kawan-kawan sekantor di tanjungpinang. ada kerinduan tersendiri setiap kali menginjakkan kaki di pulau berbentuk kalajengking ini. kerinduan untuk keluarga, khususnya. <br /><br />kemarin, kuajak anakku ke pelita, menjumpai kawan lama. ia minta aku datang ke tempatnya, bahkan saat aku masih di pinang. bicara apa saja. siangnya, kira-kira pukul satu kami pulang lagi. sesampai di simpang kabil, mengarah perjalanan ke mukakuning tiba-tiba anakku yang dua bulan lagi masuk sekolah dasar berkata: dulu ayah baik, lho.<span class="fullpost"><br /><br />reflek aku pelankan kendaraan, mencoba mendalami apa yang diucapkannya barusan. wawancara ayah anak pun berlangsung. tak semudah melakukan wawancara dengan sumber-sumber berita lain, karena kali ini tokohnya seorang bocah. anak sendiri. akhirnya aku tahu, dulu, sebelum aku tugas kerja di kabupaten lingga dan pulau bintan, akulah orang yang setiap hari mengantar jemput sekolahnya di tk athtoriq tanjungpiayu.<br /><br />sepanjang jalan dari rumah sampai sekolahnya, memang terdapat sd dan smp. kadang saat mengantar atau menjemputnya, ada saja beberapa pelajar yang melambaikan tangannya. itu tanda, sama saja dengan pertanyaan: bolahkah kami menumpang? biasanya, kalau searah aku minta mereka naik. dan anakku rupanya masih ingat itu. kemarin siang, aku memang melihat beberapa pelajar menunggu metrotrans di halte simpang kabil. anakku tahu sebenarnya aku masih bisa membawa satu atau dua pelajar tadi, namun tidak kulakukan. aku hanyut dalam keceriaan bersenda-gurau bersamanya.<br /><br />sungguh, seminggu sekali menjumpainya, kadang ada yang terlupa tentang kami. tentang apa yang pernah kuajarkan kepadanya, tentang janji yang senantiasa diingatkan lewat ponsel ibunya jika sabtu sore aku pulang ke batam, tentang jam sekolahnya yang sebulan sekali masuk siang, selebihnya pagi. <br /><br />ayah lupa, hanya itu jawaban yang aku berikan atas sentilannya, sentilan bocah...</span>farand ilalanghttp://www.blogger.com/profile/14493168180683166700noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9049575967155559568.post-59380144558781354902009-03-28T12:53:00.002+07:002009-03-28T13:10:01.332+07:00mbecak ke batam...hampir 10 tahun tak bertemu, eh tiba-tiba jumpa di facebook. nama kawan saya ini heru kurniawan, seingat saya waktu kuliah hobinya main bola. kebetulan saya tak suka bola, jadi tak tahu apakah permainannya bagus atau tidak he he he. dari hasil searching, awalnya aku temukan parasnya nampang di facebook, saya undang saja sebagai kawan. alhamdulillah, beberapa hari kemudian dia menerima undangan saya (jangan lupa ngundang kalau bikin acara bos, siapa tahu bisa main ke pekalongan).<br /><br />barusan saya buka facebook, ada beberapa pesan masuk. salah satunya dari heru. pegawai bni di pekalongan ini merasakan nikmatnya bekerja dekat rumah, bisa melihat kondisi orangtua setiap saat. wuih, enaklah. begitu tahu saya sekarang di tanjungpinang dan batam, komentar pertamanya membuat saya tersenyum. begini tulis dia: batam, wah nek numpak becak mungkin sedino lagi tekan ya (batam, wah kalau naik becak mungkin seharian baru sampai ya).<span class="fullpost"><br /><br />bagi saya itulah jawaban yang menyenangkan. saya tahu, sebagai pegawai bank tentu heru bisa sekadar main-main ke batam. saya hanya mengartikannya begini: buat apa ke batam, apa sih yang bisa dijanjikan batam kalau saya ke sana? coba pertanyaan seperti ini melekat di hati setiap calon pencari kerja yang hendak mencari duit di batam. pasti batam tak seperti ini, banyak pengangguran di mana-mana. pencari kerja berseliweran di mana-mana. kriminalitas di mana-mana. laporan ke polisi karena istri ditendang suaminya, buruh pabrik nyaris diperkosa, pembantu dihajar majikannya, dan lain-lain seakan tak pernah habis.<br /><br />mendalami kata mbecak heru, mungkin maknanya lebih dari itu. bisa anda bayangkan kalau mbecak kok sampai satu jam. ah, betapa pegalnya tulang pinggul. apalagi becak bukanlah bis patas ac, yang selalu dingin meski melawati pantura saat musim kemarau. naik becak tetap saja panas ketika melewati tanah lapang tanpa pelindung panas. memang ada atapnya, tetap saja panas. belum lagi tempat duduknya yang terasa panas kalau sampai satu jam diduduki. dan.... jangan lupakan penarik becaknya. bisa-bisa kelelahan dan sakit di tengah perjalanan.<br /><br />betul her, buat apa mbecak ke batam? kecuali di samping penumpang ada sayuran, jamu gendong, buku pijat atau lainnya. maksud saya, meski capek mbecak sampai batam, paling tidak ada harapan bisa bertahan hidup, entah sebagai petani sayuran, tukang urut atau pijat, penjual jamu gendong keliling dan sebagainya. tetapi kalau di samping tempat duduk penumpang ada ijazah dari perguruan tinggi ternama sekali pun, terbungkus sampul mengkilap, lebih baik saya sarankan putar saja becak yang ada tumpangi mumpung belum satu jam dan nyampai di batam.<br /><br />kenyataan saya lihat sendiri, berapa banyak sarjana pengangguran (atau pengangguran sarjana?) di batam.</span>farand ilalanghttp://www.blogger.com/profile/14493168180683166700noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9049575967155559568.post-44530916738298136962009-03-27T17:52:00.003+07:002009-03-27T18:50:14.134+07:00Ketua RT vs Anggota DPRDMalam itu Cik Syurlai dapat undangan kondangan (baca doa) tetangganya. Pesan si pengundang yang datang sore: syukuran rumah. Meski kadang-kadang cuek sama orang lain, tetapi untuk urusan yang ada makan-makannya tak bakal ditinggalkan lelaki ini. Lihatlah, belum juga azan isya berkumandang dia sudah rapi dengan kopiah putihnya. Sampai-sampai Tinah, istrinya ngeledek habis-habisan. Toh apa kata orang, Cik Syurlai tetap melenggang.<br /><br />Selangkah, dua langlah, akhirnya tiba juga Cik Syurlai ke rumah Wage, tetangga yang ngundang kondangan. Setelah mengucapkan salam, Cik Syurlai disambut jabat tangan belasan warga yang sudah datang terlebih dahulu: selamat datang Pak RT! Rupanya pamit dengan istrinya, Cik Syurlai tak langsung ke tempat kondangan, melainkan mampir dulu ke pos ronda yang ada di gang dekat rumahnya hanya untuk mendapatkan selinting rokok. Dan Pak RT malam itu mendapatkan tempat yang spesial, di tengah-tengah ruangan, biar bicaranya bisa didengar semuanya.<br /><br />Mumpung ada Pak RT, satu per satu warga berkomentar. Dari soal parit yang sudah saatnya dikeruk secara gotong royong hingga penampilan Si Mince yang dianggap Jawir, pemuda setempat, sebagai biang pemicu nafsu. "Lha pagi-pagi mau ke pasar saja pakainya rok mini," Jawir melempar bola panas. "Tapi kan kamu suka juga ngelihatnya, kan?" jawab Cik Syurlai. Jawaban yang membuat Jawir garusk-garuk kepala. Benar juga kata Pak RT-nya.<span class="fullpost"><br /><br />"Susah juga jadi Pak RT ya...." Cik Syurlai ganti berkomentar.<br /><br />Jelas saja semua warga menatapnya tajam-tajam. Biasanya ia paling suka dianggap sebagai pionir, bahkan saat pilihan Ketua RT bulan lalu ia paling getol menyuarakan program-programnya. Penanaman sejuta pohonlah, membebaskan warganya dari administrasi pembuatan surat pengantar untuk KTP, mengupayakan lapangan bola, mendirikan kelompok tani dan sebagainya. Gaya pidatonya yang mak nyos membuat warga simpatik. Pokoknya kalau soal bicara jangan lawan yang satu ini.<br /><br />Lalu Cik Syurlai meneruskan kalimatnya, pertama ia harus kehilangan senyum ramah tetangga rumahnya persis gara-gara menjalankan amanat sebagai Ketua RT. Beberapa malam lalu, Cik Syurlai mendapati tetangganya itu mabuk-mabukan di ujung gang bersama lima temannya. Sebagai Ketua RT, Cik Syurlai pun mengingatkan, "Sudah menjadi kesepakatan warga untuk tidak minum-minuman keras di wilayah RT kita. Kalau sekadar minum air putih silakan, atau minum es cendol jangan lupa undang saya. Kalau memang kegiatan ini dianggap memiliki nilai plus dalam diri saudara-saudara sekalian, saya atas nama warga sini memohon untuk tidak melakukannya di sini. Mau di perempatan jalan protokol sana, di dekat rawa belakang sana atau di mana saja, silakan." Oalah, keesokan paginya si tetangga yang biasanya rajin tersenyum kepada Pak RT-nya malah membuang muka.<br /><br />Kedua, Cik Syurlai juga harus kehilangan tempat mengutang rokok dan gula lantaran ketegasannya sebagai Ketua RT. Si pemilik kedai kebetulan pengusaha pagar besi di belakang rumahnya. Kalau pas dapat banyak orderan, suara gergaji dan mesin lainnya terdengar jelas. Lantas ada warga lain ngadu. Begitulah, ketika dinasehati Pak RT agar bisa memahami waktu istirahat, si pemilik kedai manggut-manggut. Sehari kemudian, ketika bibir dower Cik Syurlai pahit karena jatah rokok habis, ia tegas-tegas ditolak ngutang lagi. "Bapak ini Ketua RT apa, ada warganya membuka usaha dan menciptakan lapangan kerja kok malah disengiti. Tak ada utang-utangan lagi, sudahlah utang kemarin saya ihlaskan saja. Cuman besok jangan ngutang di warung saya lagi," cerocos pemilik kedai. Hati Cik Syurlai langsung mak nyut. Nasib-nasib.<br /><br />Ketiga, ada salah satu warga Cik Syurlai yang paling susah diajak kerja bakti. Ada-ada saja keluhan dan alasannya. Yang pulang kerja malamlah, yang izin karena bisulnya di pantat sudah mau bocorlah, bibirnya sariawanlah. Padahal apa hubungannya bibir sariawan sama kerja bakti. Lha kok jawabannya seperti ini, "Kalau kerja bakti kan pasti ada makanannya Pak RT. Padahal makanan itu dibeli dari kas warga, nggak adil dong kalau saya tak ikut merasakan." Walah, orang hidup kok cuman mikir perut. Padahal kalau Cik Syurlai disuruh milih, ia lebih milih bawah perut. Gara-gara pilihannya ini, sering istrinya yang bekerja di kota kesiangan bangun, tak kebagian metrotrans lagi. Habis malamnya suaminya sibuk ngurusi yang satu itu.<br /><br />Terkait dengan warga pemalas ini, lagi-lagi Cik Syurlai mendapatkan getahnya. Suatu waktu, si warga minta surat pengantar sebagai warga miskin yang berhak mendapatkan kartu miskin. Syaratnya ada pengantar dari Ketua RT. Karena malas kerja bakti, ada alasan Cik Syurlai untuk mempersulit urusan ini. Lhadalah, tanpa dikomando dari mulut si warga keluar sumpah serapah. Katanya, Pak RT kan sudah dibayar sama pemerintah. Kan dapat insentif, kok masih mempersulit karena saya memang tak bawa uang ke sini. Cik Syurlai mengurut dada, sumpah bukan urusan duit tetapi kesetiaan bagi warganya tadi untuk meningkatkan rasa kesadaran bermasyarakat. Mana pernah Cik Syurlai meminta uang administrasi kepada setiap warganya yang minta surat ini dan itu. Setiap ditanya berapa, ia paling cuma menjawab: terserah. "Kan saya tidak minta pada warga, mereka nanya berapa saya jawab terserah. Terserah kan banyak artinya, terserah kalau tidak mau memberi, terserah kalau hanya mengucapkan terima kasih, terserah kalau mau menginap dan sebagainya," ini kelitan Cik Syurlai ketika Pak RW-nya datang klarifikasi soal duit pengurusan surat yang biasa diterima Cik Syurlai sebagai Ketua RT.<br /><br />Ke sekian, ada lagi yang membuat Cik Syurlai sedih. Apa pada tak tahu kalau Tinah, istrinya yang cuma satu-satunya bekerja sebagai buruh pabrik di kota. Dari tabungan sedikit demi sedikit, istrinya berhasil mengumpulkan duit. Dirasa sudah cukup, Cik Syurlai pun memanggil tukang untuk membuatkan pagar semen di depan rumahnya. "Apa yang saya dengar dari warga? Maaf lho ini, bukan sampeyan-sampeyan yang bicara, tetapi warga yang di ujung sono dan sono," sebelum bercerita lebih komplit Cik Syurlai mengatupkan kedua telapak tangannya di depan dada. Lucu sekali gayanya. "Ada yang bilang, tuh Cik Syurlai baru jadi RT sebulan sudah bangun pagar," lanjut Cik Syurlai, "apa saya sebagai Ketua RT harus meladeni tudingan-tudingan seperti itu. Kata orang-orang bijak, seperti dalam pilem-pilem itu, lebih baik mengalah untuk menang."<br /><br />Sungguh, malam itu warga yang hadir kondangan seolah-olah turut merasakan penderitaan Cik Syurlai sebagai Ketua RT. Melihat mimik warganya sedih, Cik Syurlai tak ingin memutus keseriusan mereka mendengarkan perkataannya. Menurut Cik Syurlai, lebih berat menjadi Ketua RT dibandingkan anggota DPRD. Mana tahu anggota DPRD kalau ada persoalan warganya menyangkut rok mini, malas kerja bakti dan segala yang dirasakan Cik Syurlai. Mereka hanya tahu anggaran untuk pos A kok tahun ini berkurang, kalau reses pun sekadarnya melongok ke bawah. Padahal mereka dipilih oleh rakyat. Memang benar, ada juga anggota DPRD yang rela mengeluarkan duit banyak supaya mendapatkan simpati. Begitu duduk yang dicarinya adalah mengembalikan modal yang sudah dibagikannya sebelumnya. Tetapi, imbuh Cik Syurlai, anggota DPRD kan sudah digaji lumayan besar dibandingkan gaji istrinya. Untuk duit-menduit ini, Cik Syurlai pun buka-bukaan, "Saudara-saudara mungkin tak tahu. Untuk membuat brosur program-program ke-RT-an saya waktu pemilihan itu saya harus bayar fotokopi. Foto yang ada di fotokopi itu juga hasil bayar di studio foto, tetapi saya senantiasa dekat dengan warga. Reses tak reses sama saja, saya ada di sini. Aku ada untuk kamu, begitu kata Mas Dhani menyanyikan Kamulah Satu-satunya."<br /><br />Mana peduli anggota dewan mendengarkan kas warga yang menipis karena bulan ini banyak warga yang sakit, uangnya kita sumbangkan. Anggota dewan tak tahu, yang dia tahu kalau sakit bisa berobat ke rumah sakit yang diinginkannya. Berapa pun biayanya akan dibayar yang penting bisa sembuh. "Harusnya anggota dewan itu yang seperti saya. Dikritik warganya menerima, tidak malah nantang karena merasa punya bekingan. Apalagi setelah masa kampanye ini, coba hitung berapa banyak baliho, spanduk mereka dipasang di tepi jalan menuju perumahan kita. Kelihatan sudah saling jegal dari awal. Di mana ada sudut yang bagus, ramai-ramai dipasangi gambar. yang gambarnya besar itu yang tampak, yang kecil ya pasrah saja. Kalau ada gambar foto yang roboh, mana ada yang mau menegakkan. Saya pernah melakukan itu karena saya merasa tersentuh hati, siapa tahu yang gambarnya saya tolong nanti terpilih dan bisa menolong saya.." Cik Syurlai berapi-api.<br /><br />Warganya saling melirik lalu tersenyum. Kalau sudah bicara pada level serius seperti itu, apa yang dilontarkan Cik Syurlai pasti tak terkendali.<br /><br />Cas cis cus Cik Syurlai masih berlanjut, dan baru terhenti saat ustad yang dipanggil tuan rumah datang untuk memimpin doa. "Jadi Cik Syurlai tertarik untuk menjadi anggota DPRD nih?" tanya ustad yang sempat mendangarkan sepenggal pidato Cik Syurlai.<br /><br />Ditanya seperti itu, Cik Syurlai hanya bisa mengulum senyum. Sekolah tak selesai, modal cuma dengkul yang sudah keropos. Acara dimulai, Cik Syurlai terpekur dalam doa bersama warga. Ada satu doa diucapkan Cik Syurlai, Ya Tuhan, sejahterakanlah negeri ini, berilah kepedulian untuk pemimpin bangsa ini dengan keadaan Ketua RT-nya, naikkanlah insentifnya. Amin...</span>farand ilalanghttp://www.blogger.com/profile/14493168180683166700noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9049575967155559568.post-46815191031269591912009-03-24T13:51:00.001+07:002009-03-24T13:56:18.350+07:00Tukar NasibBukan hanya warga kere, miskin, gembel yang suka meniru gaya berbisnis orang kaya. Jika orang kaya mampu membangun SPBU, wong cilik juga membuat tiruannya dengan kios bensin eceran tepi jalan. Yang kaya berlomba-lomba membuat mal dan supermarket, yang kroco juga sama, melirik rumah paling sudut yang ditawarkan developer untuk dijadikan kedai kelontong. Kalau belum mampu melengkapi barang jualan, rokok beberapa bungkus pun jadilah.<br /><br />Ternyata, orang yang dianggap pinter, tahu aturan, tahu hukum pun pingin mencoba bisnis rakyat. Mungkin ingin turut merasakan susahnya menjadi orang kecil, makanya dua jaksa di Pengadilan Negeri Jakarta put ikut-ikutan menjual barang bekas. Padahal saat ini pedagang barang bekas lagi mak nyut-nyut kepalanya lantaran larangan mengimpor barang bekas dari negera si bule. Pasti bukan lantaran ukurannya yang gede lantas kedodoran ketika dipakai orang kita yang jelas berbeda postur. Bukan, bukan itu.<span class="fullpost"><br /><br />Cik Syurlai belum selesai membaca berita tentang ditetapkannya dua jaksa tersebut sebagai tersangka karena menjual barang bekas. Namun ia sudah bersungut-sungut kepada istrinya yang baru lima jam pulang dari kos-kosannya di kota. Buruh pabrik ini tersenyum memandangi suaminya yang kemudian menatapnya tanpa senyum. "Ada apa Bang?" tanya Tinah, istri Cik Syurlai.<br /><br />"Bayangkan dik, masa jaksa kok ngikut cara kita berjualan enam bulan lalu."<br />"Maksud Abang?"<br />"Lha iya jelas keblinger, lha wong jaksa yang duitnya banyak, berangkat ke kantor pakai mobil yang catnya bisa kita buat ngaca, yang modelnya selalu terbaru.."<br />"Jadi Abang iri, ingin jadi jaksa. Eling Bang, sekolah Abang itu cuman sampai kelas empat SD."<br />"Kita, orang kecil saja nggak bisa lagi jualan barang bekas karena barangnya susahnya selangit didapatkan, kok bisa-bisanya dua jaksa dan seorang polisi ingin mencobanya. Ujungnya, ya dipenjara."<br />Raut muka Tinah langsung muram, ia takut jika nanti bekas pedagang barang bekas sepertinya dicari lalu ikut dipenjara. Waduh...<br /><br />Cik Syurlai tertawa melihat kelakuan istrinya. "Baca ini dik, dua jaksa dijadikan tersangka karena menjual barang bukti. Barang bukti kan sama saja dengan barang bekas, sama-sama bekas punya orang. bedanya, kalau kita dulu jualan baju, cawat, boneka, mainan, kutang bekas, kalau jaksa dalam berita ini jualan sabu-sabu yang jadi barang bukti," lanjut Cik Syurlai.<br /><br />Oooo, Tinah melongo. Bulat sekali.<br /><br />Cik Syurlai memandang langit dari balik jendela ruang tengah rumahnya. ia bingung memikirkan nasib bangsa ini. Ada orang pintar, tentu ada orang kurang pintar dan kurang beruntung sepertinya. Toh ia menerima keadaan. Ia sadar benar, di dunia memang hanya ada dua hal, hitam dan putih, baik dan buruk, atas dan bawah. Jaksa harusnya orang pintar, sekolahnya tinggi, buku referensinya saja tebal-tebal satu lemari, kok ya tega-teganya mengajari orang kecil dengan perilakunya yang tak terpuji.<br /><br />Kalau memang diperbolehkan menjual barang bukti dengan status barang bekas, mengapa tak diserahkan saja pengelolaannya kepada orang-orang kecil sepertinya? Cik Syurlai tersenyum membayangkan bagaimana ia mendapatkan limpahan barang bukti berupa mobil-mobil mewah dari jaksa untuk dijual. Pasti untungnya besar. Istrinya tak perlu lagi repot bekerja di kota sebagai buruh pabrik, dua minggu sekali pulang ke rumah. Kalau barangnya belum laku, bisa dipakai jalan-jalan dahulu. Pamer prestise.<br /><br />Membaca berita selengkapnya, Cik Syurlai merasa bersyukur bisa lebih waras. Selama menjalankan usaha menjual barang bekas, ia tak pernah mencuri barang dari toke. Paling cuma merayu agar ditambah bonus beberapa helai celana jins merek terkenal. Kalau pun akhirnya sang toke berbaik hati dengan memberinya bonus selembar cawat bekas dipakai Britney Spears, ia sudah bersyukur. Nah, dua jaksa yang ditetapkan jadi tersangka mencomot 300 butir ekstasi dari total 5.000 butir ekstasi hasil penangkapan di Apartemen Paladian, Kelapa Gading, Jakarta Utara, dengan tersangka M Yusuf. Kasusnya sendiri tengah disidangkan.<br /><br />Iri kok sama bisnis orang kecil, protes Cik Syurlai. Bukankah menjadi pejabat itu enak? Siang hari, saat jam makan bersama koleganya bisa memilih tempat makan yang enak. Bertemu kliennya, bisa memilih hotel yang adem karena AC-nya bagus. Kasurnya empuk mendut-mendut. Bisa nelpon pake hape berlama-lama karena untuk membeli pulsa tak harus menghitung keuangan keluarga. Olahraga juga terjamin, bisa renang setiap minggu, sebulan sekali main golf. Enak sekali menurut Cik Syurlai. Lantas ia melihat dirinya sendiri, punya hape satu yang dibeli dengan cara cicilan. Itu pun model kuno, kuno sekali. Layarnya hitam putih, berwarna kalau pas dimatikan. Saat mati gelap, saat menyala agak terang. Cuma bisa dipakai nerima telpon dan SMS. Bukannya rusak fasilitas ngirimnya, semata-mata karena jarang sekali diisi pulsa oleh pemiliknya. Ukurannya segede batu bata, hati-hati saja kalau sampai jatuh mengenai kaki, bisa bengkak. Tidur pun beralas kasur tipis yang diambil dari sisa barang bekas yang tak laku dijual, meski harganya dibanting setengah harga. Kata calon pembelinya, ada bekas noda di permukaan kasur. Padahal, siapa tahu kasur itu pernah dipakai Brad Pitt dan Angelina Jolie saat kencan?<br /><br />Kalau memang ingin tukar nasib, mengapa tak dibuat sayembara lalu dimuat di koran-koran. Dicari, relawan yang ingin merasakan kehidupan pejabat. Boleh ngantor, boleh tinggal di rumahnya, pakai mobilnya, mungkin begitu isi iklannya. Dipastikan banyak warga kecil yang berbondong-bondong mendaftar. Pasti mereka rela, rela setengah mati dengan hati yang tulus rumahnya dipakai oleh pejabat yang ingin sekedar merasakan susahnya jadi warga kecil.<br /><br />Seperti acara di teve itu lho. Tukar Nasib. Si miskin diberi kesempatan beberapa hari tinggal di rumah si kaya, sementara si kaya tinggal di rumah si miskin. Jika menyaksikan acara ini, kadang Cik Syurlai menitikkan air mata. Pada sebuah episode, saat batas waktu yang diberikan habis, si miskin membuat surat untuk si kaya. Isinya terima kasih telah diperkenankan merasakan hari-hari sebagai orang kaya dan tak lupa ditaruhnya bakul berisi sayuran, buah-buahan. Sebagai kunjungan balasan, setelah si kaya mendapatkan pemberian tulus dari si miskin, ia dan anggota keluarganya memberikan bingkisan untuk keluarga si miskin. Cik Syurlai tak peduli apakah acara itu dinilai mendidik atau tidak, baginya alangkah indahnya negeri ini jika garis batas kaya dan miskin hanyalah berupa benang tipis. Kenyataannya, batas itu begitu kentara. Rumah yang dipagar beton tebal setinggi tiga meter sudah pasti milik si kaya, atau katakanah pejabat. Rumah berdinding papan di atas kali dengan toilet alam, sudah pasti milik si miskin. Pejabat yang bisa ruang kerjanya di lantai lima bisa dengan gampang menyaksikan bagaimana si miskin berlari tergesa-gesa mencari toilet umum di bawah sana. Pejabat kaya bisa nyaman berkendara di jalan raya, kaca mobil sengaja dijadikan penghalang untuk membuka mata melihat sekelilingnya. Tentang wanita tua yang berjualan nasi bungkus di bawah pohon asam, simpang tiga yang dilalui mobil pejabat.<br /><br />"Ah, bagaimana ya rasanya menjadi pejabat?" Cik Syurlai bertanya kepada dirinya sendiri. Tak lama kemudian ia terlelap, dan bangun dua jam kemdudian masih sebagai orang kere.***<br /><br />Bidadari, Tanjungpiayu, Batam<br />25 Maret 2009 </span>farand ilalanghttp://www.blogger.com/profile/14493168180683166700noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9049575967155559568.post-27463375119172659872009-03-24T11:47:00.002+07:002009-03-24T11:55:28.078+07:00Budaya Nyoblos DuluanEntah apa yang ada dalam pikiran sejumlah orang ketika mendengar istilah nyoblos. Agaknya coblos-menyoblos tetap menjadi bagian penting dari kehidupan manusia. Saking pentingnya, orang nekat mencoblos duluan sebelum diperintahkan.<br /><br />Meski kata nyoblos dewasa ini pasti dilarikan ke ranah politik. Namun, jauh-jauh hari sebelum Pilkada digembar-gemborkan, urusan coblos-mencoblos kerap mewarnai halaman surat kabar, dibacakan penyiar radio dan televisi, juga bisik-bisik tetangga.<span class="fullpost"> <br /><br />Mencoblos tentulah enak. Paling tidak menurut Cik Syurlai begitu. Ia memperkuat alasannya, ada pejabat yang sudah enak duduk di kursi empuk akhirnya jatuh gara-gara asyik mencoblos sesuatu yang bukan miliknya. Tak hanya di dalam negeri, di luar <br />negeri sana juga begitu banyak skandal soal coblos-mencoblos.<br /><br />"Itu, Anwar Ibrahim dari Malaysia dibui karena tuduhan mencoblos. Penyanyi pop kelas dunia, Michael Jackson juga tersandung masalah mencoblos anak kecil. Bahkan petinju favoritku, Mike Tyson karirnya ambruk hanya gara-gara terlalu mengumbar nafsu mencoblosnya," suara Cik Syurlai berapi-api di kedai Mpok Minah. Sementara yang lain terbengong-bengong dengan kalimat yang keluar dari mulut Cik Syurlai yang tak ubahnya peluru dari senjata kelas berat di medan pertempuran, Mpok Minah justru melengoskan bibirnya. "Tiap ke warung pasti bicaranya besar, padahal yang dibeli cuma satu bungkus kwaci, itu pun yang ukurannya paling kecil. Dan satu lagi kebiasaan pelanggannya yang satu ini...," gerutu Mpok Minah belum usai ketika didengarnya suara Cik Syurlai.<br /> <br />"Mpoooook!" teriak Cik Syurlai.<br />"Tereak lagi, suaranya dikecilin bisa tak?" pinta Mpok Minah.<br /><br />Yang diajak bicara tak menjawab, hanya mengedipkan sebelah matanya. Jemari tangan kanannya membentuk gerakan seolah mencengkeram gelas. Itulah kebiasaan Cik Syurlai setiap kali datang ke kedainya, yang membuatnya jengkel dalam hati. Selalu minta air putih dalam gelas besar, gratis!<br /><br />Begitu meneguk air putih, semangat Cik Syurlai meninggi. Bagaikan Bung Tomo yang membangkitkan semangat para pejuang di Surabaya tempo doeloe, kali ini Cik Syurlai bangkit dari duduknya. "Banyak berita kita baca, jejaka-jejaka yang baru pacaran sudah berani mencoblos duluan pasangannya yang masih berstatus pacar. Apa ndak gila ini namanya?" tanyanya.<br /><br />Bogel, Waras, Leman, Zulkipli, Butet, yang sore itu meramaikan kedai Mpok Minah bagaikan tersihir oleh gaya bicara Cik Syurlai. Menurut cerita, bakat berorasi lelaki yang usianya separoh baya ini turun dari almarhum bapaknya, Cik Mahmud. Semasa hidupnya, Cik Mahmud begitu dikenal. Sewaktu zaman penjajahan, Cik Mahmud mendapatkan tugas untuk bernegosiasi dengan petinggi kolonial. Dengan gaya dan otak encer, biasanya ia berhasil meredam konflik. Seandainya gagal di meja perundingan,<br />Cik Mahmudlah orang pertama yang akan berlari di garis depan sambil mengacungkan bambu runcing menghadapi tentara penjajah. Seharusnya ia pantas mendapatkan gelar pahlawan atas jasanya mengobarkan semangat perlawanan kepada penjajah. Kematiannya juga di ujung peluru seorang tentara kolonialis.<br /><br />Bakat bicara saja yang turun di darah Cik Syurlai, lainnya jauh panggang dari api. Meski jago bicara, sayang keenceran otak Cik Syurlai tak permanen. Kalau keuangannya tak ada masalah, ia bisa berpikir cepat dan jitu. Sebaliknya, dengan dompet yang tipis, upaya diplomasinya lebih banyak gagal. Pernah ia diminta sesepuh kampung membicarakan rencana penyerangan pemuda kampung buntut senggolan di acara dangdutan. Caik Syurlai memang datang sendirian ke balai pertemuan kampung tetangga. Karena merasa yang diajaknya bicara tak selevel dengannya, ia marah-marah sambil berkacak pinggang. Alhasil, ia kembali ke kampung dengan muka lebam-lebam dikeroyok pemuda kampung sebelah.<br /><br />"Cik, kalau coblosan Pemilu?" pertanyaan Bogel membuat dahi Cik Surlai berkerut.<br /><br />"Lho sampeyan ini bagaimana, sama saja! Ndak percaya, lihatlah di tepi-tepi jalan itu. Buanyak sekali gambar caleg terpampang. Cermati satu per satu, ada ndak yang bagian matanya dilobangi, hidungnya disundut rokok, atau bibirnya ditusuk pakai ranting kayu. Itu coblos-mencoblos yang terlalu cepat," Cik Syurlai bangga bisa memberikan contoh untuk kedua jenis coblos-mencoblos dengan gamblang dan dapat dipertanggungjawabkan.<br /><br />Bukan hanya menyebutkan coblosan terlalu dini itu, Cik Syurlai juga bisa menyebutkan satu per satu nama-nama caleg yang foto di balihonya dicoblosi orang tak bertanggung jawab. Ia menggelengkan kepalanya, zaman sudah berubah, Pemilu menggunakan surat suara yang tak lagi dicoblos, melainkan dicontreng atau diconteng atau dicentang. Masih saja budaya coblos-mencoblos melekat dalam dada warga.<br /><br />Apakah ini sebagai protes warga atas keplin-planan KPU karena mengganti sistem coblosan dengan contrengan? Cik Syurlai melihatnya bukan, warga akan ngikut kok apa kata orang-orang berdasi di atas. Tentu KPU sudah berpikir keras dan berulang-ulang sebelum menerbitkan keputusan tentang cara memilih calon wakil rakyat pada surat suara. Pasti rapatnya berkali-kali, sampai subuh. Pasti juga ada yang protes, ada juga yang minta waktu berpikir keras.<br /><br />"Bagi saya mencoblos duluan itu sebuah tindakan bodoh. Jelas bulan April nanti kita mencontreng kok, masih suka mencoblos. Apalagi yang dicoblosi gambar orang. Kalau tak suka, ya jangan pilih di bilik suara. Begitu saja kok repot. Bahkan kalau dilaporkan sama caleg yang gambar matanya dilobangi, hidungnya disundut api roko atau mulutnya dicoblosi, pelakunya bisa dibawa ke penjara. Marilah kita sukseskan Pemilu. Partisipasi kita sangat berharga untuk menentukan pilihan kita. Kita harus aktif. Ini coblosan Pemilu, lho, bukan coblosan yang uenak itu," Cik Syurlai meluruskan. Lihatlah polahnya, sewaktu mengatakan uenak matanya merem-melek. Dasar!<br /><br />Sekian lama hening, tumben Cik Syurlai berotak pintar sore itu. "Eh, ngomong-ngomong nanti Cik Syurlai dapat TPS (Tempat Pemungutan Suara) mana?" tiba-tiba Mpok Minah nongol sambil duduk di satu-satunya kursi yang masih tersisa di depan kedainya. <br /><br />Cik Syurlai yang tadinya berapi-api, mengobarkan demokrasi, tergagap. Ia tambah gagap ketika Ketua RT-nya, Pak Danu yang sosoknya tinggi besar, berkumis tebal dan bibirnya selalu terselip rokok kretek mendekatinya sambil bertanya, "Cik Syurlai tiga hari lalu bilang ke saya mau golput karena merasa tak terdaftar sebagai memilih, kan? Kalau mau penjelasan nanti malam datang ke rumah saja."<br /><br />Wuuuu! Serentak yang hadir sore itu mengolok-olok Cik Syurlai yang sok nasionalis tetapi belum terdaftar sebagai pemilih tetap. Dan kata Pak RT-nya, ia juga tak punya KTP setelah KTP lamanya habis masa berlakunya tiga tahun silam. Diolok-olok begitu, Cik Syurlai beranjak pulang. Sore ini Tinah, istrinya yang kerja di pabrik luar kota pulang ke rumah. Dua minggu sekali perempuan bertubuh montok ini pulang untuk memberikan uang kebutuhan hidup Cik Syurlai yang nasibnya kurang bagus, tak pernah diterima saat melamar kerja. Hanya satu terpikir di benak kepalanya. "Nyoblos duluan, ah," bisiknya dalam hati.<br /><br />Batam, 24 Maret 2009</span>farand ilalanghttp://www.blogger.com/profile/14493168180683166700noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9049575967155559568.post-69172609545196489992009-03-23T15:08:00.000+07:002009-03-23T15:10:09.188+07:00susahnya menjadi manusiasaya baru bisa memaknai gambar monyet yang terpampang di kaca belakang sebuah minibus karyawan yang kerap melintas di mukakuning. sudah hampir lima bulan saya tak melihatnya lagi karena sejak tiga bulan lalu saya pindah tugas di tanjungpinang. di bawah gambar yang dibuat dengan sistem airbrush itu, jelas tertulis kalimat susahnya menjadi manusia. benarkah manusia itu susah?<br /><br />beberapa hari lalu saya membaca koran nasional terbitan batam. pada halaman interaksi untuk warga ditanyakan gundukan material yang ada di tepi jalan di tanjungpiayu. isinya pengirim surat ke redaksi protes, harusnya benda itu tak ada karena dirasa menggangu nyamannya perjalanan. <br /><br />kemarin saya pulang, setelah dua minggu bekerja di tanjungpinang. dua minggu sebelumnya, saya tahu kalau jalan raya dari mukakuning sampai tanjungpiayu tengah diperbaiki. meski kemarin belum rampung sampai ujung jalan, di pancur, tetapi saya sendiri bersyukur. jalan yang dulu rusak parah, dengan lobang sebesar kubangan kerbau di beberapa titik berganti dengan aspal hotmix. naik taksi kombat dari simpang panbil, perjalanan terasa nyaman. <span class="fullpost"> jadi lebih tenang juga berdesak-desakan di taksi karena tak lagi bergoyang-goyang. sebelumnya, setiap melewati lobang, badan taksi yang umurnya entah sudah berapa belas atau malah puluh tahun ikut berjoget. kalau ruang gerak penumpang luas sih tak apa-apa, kenyataannya siku tangan kita mau bergerak bebas saja takut. jangan-jangan nyenggol sesuatu milik karyawati perusahaan yang menjadi pelanggan setia taksi-taksi kombat tadi.<br /><br />saya tidak membela jawaban pegawai humas pemko batam yang meminta warga sabar dengan gundukan material tadi. saat berlangsungnya perbaikan, memang belum semua dirapikan.<br /><br />itulah manusia. diberi enak masih kurang enak, diberi nyaman masih kurang nyaman. saya teringat kelimat bijak yang kerap dipetuahkan kepada saya sewaktu masih ngaji di kampung: diwenehi ati ngrogoh rempelo (artinya sudah diberi hati minta lagi ampela). kalau nanti jalan itu selesai, saya pikir warga tanjungpiayu bersyukur sekian lama terjebak dalam kemacetan setiap kali hujan turun. mereka yang memilih kendaraan berharga tinggi juga tak akan bisa berbuat banyak, karena pengguna jalan lain juga memilih jalan. yang di belakangnya ya ngekor saja, itu pun kadang-kadang masih terperosok lobang.<br /><br />yang pasti, jalan mulus yang tengah diselesaikan bisa membuat warga hemat waktu. kalau semuanya dijadikan masalah saya rasa banyak. mau tahu contohnya? mengapa hanya satu ruas saja dibangun, kalau dua kan lebih baik? saya berani taruhan, tanya saja setiap warga tanjungpiayu, memilih satu ruas jalan atau dua biar perjalanan lebih tenang?<br /><br />atau jangan-jangan gambar monyet di minibus sebagai sebuah gambaran nyata monyet-monyet yang kini kehabisan tempat tinggal? kalau sekarang ada monyet bergelantungan di pepohonan tepi jalan, pasti bukan karena ingin beramah tamah dengan manusia. sejujurnya mereka bingung mau mencari makan dan tinggal di mana lagi. hutan nan lebat dibabat jadi perumahan. pepohonan juga harus dicabut ketika manusia hendak membuat jalan raya. sudah jadi jalan tanah, inginnya jalan aspal. aspal rusak inginnya diperbaiki. begitu proses perbaikan berlangsung, masih saja protes.<br /><br />memang susah menerima apa yang ada pada saat ini, memang susah menjadi manusia.</span>farand ilalanghttp://www.blogger.com/profile/14493168180683166700noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9049575967155559568.post-58681312262766738532009-02-15T17:01:00.002+07:002009-02-15T17:17:53.038+07:00bawa sendiri sajaini cerita tentang porter pelabuhan punggur di batam. coba saja anda memasuki pelabuhan ini, bawa barang yang terkesan sangat berat, pasti akan didekati porter yang meminta izin untuk membantu membawakannya. semuanya terserah anda. toh anda juga yang tahu persis apakah seenaknya dibawa sendiri atau diserahkan ke porter.<br /><br />ada cerita teman yang beberapa waktu lalu bertandang ke lingga. kebetulan aku sempat hampir dua bulan tinggal di sana. malam setelah sorenya dia tiba, aku ajak makan bersama di pinang merah. sambil makan dia cerita tentang porter yang pagi harinya membawakan dua kopernya dengan alat pengangkut yang didorong itu. tetapi menurut aku, salah temanku juga.<br /><br />ketika didekati seorang porter, kata dia, dia mengangguk. maklum, kawanku ini memang paling suka bawa koper, tas punggung dan tas lain karena ia berpetualang dari satu daerah ke daerah lain. saat naik ke kapal, ia melihat barangnya sudah disusun si porter di tempat barang. bagus, yang tak bagus, temanku berkata, "masak dia minta seratus ribu untuk dua koperku."<span class="fullpost"><br /><br />seratus ribu untuk dua koper? jelas telah terjadi sebuah pemerasan. apalagi alasan si porter kalau dibawa sendiri bisa-bisa dimintai uang petugas yang dilewati. temanku menggerutu, lha koper isinya pakaian saja masak harus bayar. seandainya bayar tentunya ada aturannya. dan pasti lebih kecil dibandingkan seratus ribu yang jatuh ke tangan porter. kalau belum cukup alasan, ya biarkan koper dibuka kalau mengira isinya barang-barang titipan juragan narkoba atau pesanan kawan amrozi, kata temanku jengkel.<br /><br />"wong saya sering bawa koper-koper itu, ndak dimintai uang oleh petugas," masih terus juga bicara temanku itu meski piring kami sudah licin tandas. aku cuma bisa bilang padanya, sewaktu pindah ke lingga, aku bawa monitor dan cpu komputer, istriku bawa barang yang sama. masih ditambah tas besar dua, tetapi sama mas porter diminta tiga puluh ribu. itu pun sama istri ditawar lagi meski akhirnya tak bisa turun lagi. alasan istriku, monitornya kan lcd, tipis.</span>farand ilalanghttp://www.blogger.com/profile/14493168180683166700noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9049575967155559568.post-22753421319527586002008-11-04T16:07:00.000+07:002008-11-04T16:17:16.816+07:00orang baru, ya?masih berurusan dengan syarat mengikuti ujian cpns. kali ini ke rsud kota batam, batuaji. walah, ramainya. bangku-bangku pasien tak ada yang kosong. sementara istri menunggu panggilan, setelah sebelumnya mendaftarkan diri dan membayar biayanya di loket kasir, saya memilih duduk-duduk saja di depan, di halaman rumah sakit.<br /><br />tak lebih 30 menit, kami masuk. iseng-iseng saya mendekati loket pendaftaran. ada loket pasien baru atau lama, serta satu loket lagi untuk pendaftaran pasien yang menggunakan askes. seorang wanita muda berdiri agak lama di depan loket pendaftaran pasien baru.<span class="fullpost"><br /><br />"alamatnya mana?" tanya pegawai pendaftaran.<br />"sebentar, pak," jawab si wanita muda.<br />pegawai sabar menunggu. yang tak sabar sepertinya pasien lain yang ada di belakang si wanita muda.<br />"ini, pak," kata si wanita muda menyerahkan selembar kertas.<br />"blok apa ini?" tanya pegawai lagi melihat huruf penanda blok di selembar kertas tadi kurang jelas.<br />"di situ tertulis apa, pak?"<br />"m, tetapi dicoret."<br />"bapak tulis seperti di situ sajalah."<br /><br />ketika loket agak sepi, iseng-iseng (orang kok hobinya ngiseng-mengiseng, ya?) saya bertanya kepada pegawai pendaftaran pasien baru.<br /><br />"begitulah mas. mendingan tadi dia mencatat alamatnya, meski bloknya entah benar atau salah. pernah calon pasien baru menjawab alatamnya seperti ini: dari pasar aviari masuk terus ada belokan..... kami yang bingung, mas," jelas pegawai tadi. untung ia terbiasa menghadapi hal tersebut, jadi enjoy saja. bahkan ia tersenyum.</span>farand ilalanghttp://www.blogger.com/profile/14493168180683166700noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-9049575967155559568.post-68562156927623380532008-11-04T15:48:00.002+07:002008-11-04T16:07:30.416+07:00kalau tak ada 20 ya 10 sajabelum begitu panas, paling juga jam 10.00 lewat dikit. saya mengantar istri ke kantor kecamatan sungai beduk yang lumayan megah. kartu keluarga yang seharusnya jadi bersamaan dengan ktp pada bulan mei lalu, akhirnya selesai juga tiga hari lewat. mempersiapkan diri mengikuti cpns, istri mengurus kartu kuning dan skck sekalian.<br /><br />tak ada masalah dengan kartu kuning. pegawai kecamatan berinisial mai menyerahkan kartu kuning istri. beres. giliran mengurusi skck. kebetulan istri mengajar, dan saya mewakili mengurusnya. oh ya, kartu kuning pada hari itu tinggal mengambil. sehari sebelumnya berkasnya sudah diserahkan istri. karena dia harus mengajar sementara warga yang ingin mengurus kartu yang sama lumayan banyak, sama mai kami bilang besok saja diambil.<span class="fullpost"><br /><br />pegawai kecematan berinisial mus yang melayani pembuatan skck bingung menerima berkas awal yang diserahkan untuk difotokopi. sekalian, saya fotokopikan 10 lembar. siapa tahu nanti dipakai dan ada gunanya. berkas asli dan fotokopian kembali saya serahkan. mus sempat bertanya kok banyak amat fotokopinya, harusnya lima saja. ya sudah, saya jawab lima saja. rupanya mus berbaik hati, ketika saya periksa dia memberi bonus satu lembar yang distempel. saya tak bertanya. mus mengatakan 20 ribu.<br /><br />bener, di kantong saya kebetulan tak ada uang pas. yang ada beberapa lembar 50 ribuan (baru gajian he he). kembali mus mengatakan, ya sudah kalau tak ada 20 ya 10 ribu saja. saya bolak-balik dompet ya tetap tak ada. akhirnya mus bergegas dengan selembar 50 ribuan, tak lama ia menyerahkan kembali 30 ribu kembaliannya. jujur saja, saya memang ingin tahu seperti apa proses pengurusan kartu-kartu atau surat-surat di kecamatan sendiri. kalau diserahkan ke calo sih tinggal nunggu di rumah.<br /><br />ups, sekarang tinggal minta ktp yang dilegalisir. kata mai, saya harus ke lantai dua menjumpai seseorang berinisial ros (atau rus saya agak lupa) di ruangan sekretariat. di depannya, saya serahkan 10 lembar fotokopian ktp. berharap bisa dilegelisir semuanya. satu lembar kemudian ditandatanganinya dan saya diminta kembali fotokopi selembar fotokopian ktp yang ditandatanganinya tadi. saya sempat bertanya, bukankah lebih sederhana jika ia juga menandatangani fotokopian ktp lainnya. pokoknya fotokopi, katanya.<br /><br />he he he, ya sudah saya turun lagi ke lantai dasar ke ruangan fotokopi. selembar 500 perak lho. saya kembali naik menjumpai ros. tanpa banyak bicara, fotokopian ktp yang sudah ditandatangani tadi distempel secukupnya. kali ini saya bertanya (mohon kepada warga lain sebaiknya jangan bertanya, diam sajalah siapa tahu bisa langsung pergi he he) berapa? dijawab ros, sukarela. hmmm, begini rupanya.</span>farand ilalanghttp://www.blogger.com/profile/14493168180683166700noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9049575967155559568.post-85590877133902216072008-10-17T10:20:00.002+07:002008-10-17T10:32:45.906+07:00bahasa gaul batammereka masih sd, paling tidak saya lihat dari seragam yang dikenakan. kebetulan saya berada di dekat anak-anak itu. bukan seragam mereka yang membuat saya tertarik. begitu meletakkan tas mereka ke lantai masjid, lima murid sd itu berbincang-bincang sebentar sebelum menuju tempat mengambil wudhu. hari memang sudah siang, sudah saatnya sholat dzuhur bagi umat islam.<br /><br />"habis ini lu mau kemana?" tanya murid 1.<br />"nggak kemana-mana, lu sendiri?" murid 2.<br />"gue mau jalan-jalan ke mal. lu ikutan nggak?" murid 1.<span class="fullpost"><br />"gue nggak ah, gue kan bukan orang kaya," murid 3 menyela.<br />"kita jalan-jalan aja. gue juga nggak punya duit kalo beli baju," murid 4 nimbrung.<br />"tapi gue maunya di mega mal yang dekat," murid 1.<br />"kalau dekat mungkin gue ikut. lu ikutan juga kan ...?" murid 5 bertanya kepada murid 2. saya kasih titik-titik karena kurang jelas nama murid 2 yang disebut murid 5.<br /><br />percakapan itu tak ada 10 menit, paling lima menit. dan saya berpikir, pendidikan yang dilakukan pemain-pemain sinetron cukup berhasil. kesibukan orangtua di batam membuat begitu banyak anak-anak kehilangan kontrol, meski hanya sebatas nonton televisi. saya hanya bisa terdiam. akhirnya, boleh gue nanya ame elo? suatu hari entar, apakah kayak gini bahasa gaul di pulau ini? elo jawab sendiri aja deh... tapi kalo mo ngejawabnya begini juga kagak ape-ape: ya iyalah, masak ya iya dong. mulan aja jamilah, masak jamidong. duren aja dibelah, masak dibedong!<br /><br />lalu saya ambil air wudu juga, mendinginkan kepala...</span>farand ilalanghttp://www.blogger.com/profile/14493168180683166700noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-9049575967155559568.post-2231012629691031322008-10-15T07:10:00.001+07:002008-10-15T07:12:53.401+07:00oh cinta...belum ada setahun, sudah empat kejadian yang semuanya dilakukan pelajar di batam. kalau alasannya cinta, saya bisa apa, selain hanya menulis di halaman ini. kejadian pertama, seorang siswi sd kelas lima di tanjungpiayu berniat bunuh diri karena jalinan cintanya dengan seorang pemuda tak direstui orangtuanya. mungkin tepatnya bukan direstui, tetapi karena orangtua mana yang menginginkan anak gadisnya yang baru sd sudah memikirkan sesuatu yang seharusnya belum dipikirkan. si gadis kecil nekat menenggak obat-obatan kelewat batas sehingga overdosis. oalah...<br /><br />kejadian kedua, seorang gadis pelajar kelas tiga smp akhirnya minggat bersama kekasihnya. orangtuanya kelabakan. si gadis pelajar smp memang cantik, bahkan ia mengaku pernah memiliki belasan pacar. padahal ujian sudah di ambang pintu. wakil kepala sekolah tempatnya sekolah sudah memberikan kompensasi berupa kesempatan untuk ikut ujian kalau masih ingin lulus. dan si gadis memilih.... tidak ikut ujian. orangtuanya dibuat pusing, dicari kemana-mana. pacar-pacarnya ditelusuri.<span class="fullpost"><br /><br />kejadian ketiga, seorang gadis pelajar smp drop out dari sekolahnya untuk menjalani hidup kumpul kebo bersama kekasihnya selama tiga tahun. selama itu pula orang tua si gadis tetap setia mengiriminya uang bulanan karena awal pelariannya anak gadis tadi memang pulang ke rumah neneknya di provinsi seberang dan menelepon dari sana. melihat kode area dari nomor telepon yang dipakai anaknya, juga neneknya memang butuh kawan. paling seminggu si gadis di kampung ayahnya, setelah itu memilih ke batam untuk menuntaskan keindahannya bersama sang pacar yang juga keluar dari sekolahnya. hebat, selama tiga tahun keduanya hidup kos dari satu tempat ke tempat lain di batam. soal apa saja yang dilakukan selama pacaran, hanya satu yang bisa saya tulis, akhirnya seorang jabang bayi lahir dari rahim si gadis.<br /><br />kelahiran jabang bayi sekaligus pembuka misteri jalinan yang membuat banyak orangtua yang memiliki anak usia sekolah mengurut dada ini terungkap. apalagi setelah si bayi lahir suami memilih mangkir dari tanggung jawab. hmmm...<br /><br />terakhir, seorang gadis pelajar sma tak pulang semalaman karena menjumpai pacarnya yang juga pelajar. keduanya kini ada di kantor polisi dan mengaku menyesal. sementara alasan si pacar lelaki, ia sebenarnya ingin ngantar gadisnya ke rumah, tetapi di tengah jalan ban sepeda motornya bocor dan kendaraan mogok. jadi.... diajak menginap saja di rumah kerabatnya. (kalau siswi dibawa semalam sebenarnya tak hanya kali ini, tak terhitung lagi. tetapi yang terakhir saya tulis yang paling baru terjadi).</span>farand ilalanghttp://www.blogger.com/profile/14493168180683166700noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9049575967155559568.post-11146231955541330142008-10-13T20:49:00.002+07:002008-10-13T20:54:39.474+07:00calon wakil rakyatentahlah, saya sendiri juga tak tahu. dua berita saya baca di <a href="http://www.posmetrobatam.com/">koran lokal</a> tentang wakil rakyat yang selingkuh lalu diadukan istrinya ke polisi. sebelumnya seorang calon wakil rakyat diberitakan terlibat tindakan kekerasan dalam rumah tangga. ia memukul istrinya.<br /><br />mungkin saja saya belum bisa seperti mereka yang siap mencalonkan diri sebagai wakil rakyat. yang saya tahu sederhana, saya bisa bekerja sampai hari ini salah satu karena didampingi istri. tetapi itu saya, anda tentu beda. calon wakil rakyat tadi juga berbeda.farand ilalanghttp://www.blogger.com/profile/14493168180683166700noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-9049575967155559568.post-28821918790310920912008-10-13T20:34:00.002+07:002008-10-13T20:48:32.294+07:00merasa bisa, bisa merasadua malam lalu, di jalan seberang kawasan industri panbil, mukakuning. jarum jam menunjuk pukul 20.00, masih sore untuk ukuran batam yang kerap disebut kota yang tak pernah tidur. dari arah simpang kabil, dari jauh, sekira 100 meter di depan terlihat lampu sign belakang sebuah sepeda motor berkelap-kelip. mungkin pengendaranya mengambil ancang-ancang untuk masuk ke panbil melawati pintu belakang. jarak semakin dekat, pengendara sepeda motor di depan memperlambat laju kendaraannya. <br /><br />tiba-tiba dari arah kanan melintas dengan cepat sebuah sepeda motor yang dikendarai seseorang berjaket gelap. nekat. saya yakin dia melihat sepeda motor di depan. yang terpikir dalam pikiran saya, kecelakaan. nyaris, nyaris saja. pengendara sepeda motor yang melaju kencang berusaha membunyikan klakson berulang kali. namun sepeda motor di depannya terlanjur sampai ke tengah jalan. dari jarak tak kurang dari 15 meter saya lihat pengandara sepeda motor yang hendak berbelok kelabakan menghindari motor yang melaju lurus dengan kencang. ah, selamat juga.<span class="fullpost"><br /><br />sementara pemilik motor yang melaju kencang menepikan sepeda motornya di sisi kiri jalan. pas saat saya melintas pelan, ia turun dan mengacungkan tangan kanannya sambil berteriak: sini kau, sini kau. tentu saja yang dipanggil cuek saja karena merasa sudah menyalakan lampu sign. begitulah kalau orang merasa bisa, merasa bisa ngebut, merasa bisa memukul orang, merasa bisa menguasai jalanan.<br /><br />tadi siang, di kawasan rujak seraya tiba-tiba seorang pemuda yang memboncengkan pacarnya berniat mengambil batu yang ada di tepi jalan. bukan untuk melempar anjing, tetapi mengincar seorang juru parkir yang barusan menyenggolkan tangannya karena si pemuda tiba-tiba saja pergi tanpa membayar uang parkir. padahal semua tahu, ada tiga tukang parkir menjaga kawasan ini.<br /><br />mungkin si pemuda merasa bisa mengalahkan si tukang parkir, merasa bisa gengsi karena ada pacar di belakangnya atau merasa bisa yang lain. dalam seminggu ini saya berpikir, alangkah mudahnya menjadi orang yang merasa bisa. tetapi begitu susahnya menjadi manusia yang bisa merasa. bisa merasa belakangan melaju di jalan raya dan memberikan kesempatan yang ada di depan untuk belok, bisa merasa sudah parkir untuk mengantar sang pacar beli rujak dan membayar parkir begitu pergi.</span>farand ilalanghttp://www.blogger.com/profile/14493168180683166700noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9049575967155559568.post-35524442310604898632008-10-05T22:18:00.002+07:002008-10-05T22:27:17.099+07:00reog ponorogo dan pemerintahini cerita langsung dari mulut pak tohari, lelaki berkumis yang yang tinggal di pancur, tanjungpiayu. orang mengenalnya sebagai tohari kumis. pekerjaannya tak hanya satu, warung makan tenda juga punya. namun yang pasti ia dikenal sebagai salah satu pelestari reog ponorogo di batam. dan ada cerita menarik dari bibirnya.<br /><br />sebelum reog ponorogo diklaim sebagai kebudayaan tradisional oleh malingsia (baca malaysia), termasuk batiknya yang bikin kita heboh itu, kesenian ini bisa dikatakan hanya ditampilkan saat acara tertentu yang diadakan anggota komunitas. setelah klaim itu, barulah pemerintah, pak tohari menyebut otorita batam dan pemkot batam, lebih peduli dengan reog ponorogo. "sekarang kami sering dipanggil untuk main reog sama pemerintah," kata lelaki yang malam itu saya temui di warung tendanya.<span class="fullpost"><br /><br />tentu saja perhatian tersebut membuat orang-orang seperti pak tohari tersenyum. selain amplopnya setiap kali tampil, yang lebih penting keberadaan reog ponorogo mulai dikenal luas. bukan hanya oleh warga ponorogo, jawa timur, jawa, tetapi banyak suku yang mendiami batam. hmm, apa sesuatu yang sekarang mulai terlupakan juga harus menunggu klaim dari pihak lain agar mendapatkan perhatian pemerintah ya? entahlah...</span>farand ilalanghttp://www.blogger.com/profile/14493168180683166700noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9049575967155559568.post-13921178303244328442008-10-05T21:57:00.003+07:002008-10-05T22:17:36.351+07:00cukuplah di masjidlebaran kali ini tak ada persiapan khusus. alhamdulillah masih ada baju dan sarung pantas pakai di hari kemenangan. empat atau lima idul fitri saya rayakan di pulau ini. dan dari awal pertama merayakannya sampai lebaran kemarin, ya beginilah batam. saat sholat id, jangan tanya betapa sesaknya jamaah. lapangan, masjid, tanah kosong di berbagai tempat disulap menjadi lokasi sholat id berjamaah.<br /><br />untuk menyambut tamu di rumah, istri sudah menyiapkan beberapa jenia kue kering di rumah. namanya juga lebaran, siapa tahu... ada yang datang seperti di kampung halaman. selesai sholat id, dengar ceramah, lalu jamaah bersalam-salaman. tidak semua. banyak juga yang begitu salam langsung ngacir. pokoknya sholat id. padahal kata ustad di mimbar, diharapkan tidak pulang dulu, lebih afdol saling bersalaman minta maaf. saya sih memang harus bersalam-salaman, soalnya kenal dekat dengan pengurus masjid yang tinggal di komplek tempat tinggal. siapa tahu dalam helaan nafas saya di batam sempat menyinggung perasaan orang lain. saya hanya manusia biasa, seperti anda.<span class="fullpost"><br /><br />pulang sholat id, pintu rumah saya buka lebar-lebar. istri menata kembali toples, gelas, tempat kue lain di atas meja yang ada di sudut ruang depan. alhamdulillah, sepasang suami istri datang berjabatan tangan. habis itu saya dan istri keluar berkeliling. maaf, jangan artikan mengelilingi seluruh warga yang ada di perumahan. hanya tetangga kanan kiri. tak sampai setengah jam, kelar dech.<br /><br />yang sibuk justru ponsel tua milik saya dan istri. dari semalam sibuk terus menerima sms. beginilah teknologi. memang mempermudah dan memudahkan, sehingga urusan berjabat tangan pun dianggap mudah. maaf, bukan anda saja. saya pun demikian. jari tangan kiri saya sampai linu mengirimkan sms ke ratusan nomor yang ada di phonebook. hanya orangtua dan keluarga di kampung halaman yang saya bela-belain nelpon dari subuh tetapi baru berhasil tembus sore hari. selain itu, sms sajalah, he he he.<br /><br />mau tahu tempat paling ramai bagi warga batam merayakan idul fitri? pantai. bagi pencari kerja (mohon diingat, sebagian warga batam adalah buruh pabrik) idul fitri juga berarti hari libur. jika selama ini hanya beraktivitas di rumah atau dormitori, pabrik, begitu seterusnya, kan sudah oke jika bersalaman dengan teman satu kamar atau satu blok. sehabis itu, ya pelesiran.<br /><br />seorang teman dekat yang mobilnya nganggur di rumah mengirimkan sms. ia mengajak ke barelang, pantai melur, pantai melayau atau pantai setokok. saya tahu pasti itu suasana lebaran. saat yang paling asyik untuk bersalam-salaman, saling memaafkan segala kesalahan. tetapi sms sang teman saya balas: oke, kami tunggu di rumah. dan kami pun merayakan idul fitri di pantai, sama seperti mereka. nah, bagi rekan-rekan yang belum menerima sms saya, izinkan saya mengucapkan minal aidin walfaizin, maafkan lahir dan batin. maafkan saya dan keluarga.</span>farand ilalanghttp://www.blogger.com/profile/14493168180683166700noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9049575967155559568.post-9039413762766249732008-09-25T11:04:00.001+07:002008-09-25T11:05:51.229+07:00selokanku sayang...<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7ftDtgNa_D3K44tEy7MOh3SqkQO942zPtj2d940EOgJAT5mY4kbkUIXuxbVfsTpVpXwNbqg1u7L5AVodJF0_0SsECH7nyeiTTAWFZx9Mzp2glFJQDZNOcnxPt2aVcmEZVnK3ui6bqtoI/s1600-h/saluran+air.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7ftDtgNa_D3K44tEy7MOh3SqkQO942zPtj2d940EOgJAT5mY4kbkUIXuxbVfsTpVpXwNbqg1u7L5AVodJF0_0SsECH7nyeiTTAWFZx9Mzp2glFJQDZNOcnxPt2aVcmEZVnK3ui6bqtoI/s200/saluran+air.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5249805258763267730" /></a>saya ingat betul, jika melewati belakang pintu lima hingga empat kawasan industri batamindo, mukakuning, pas hari hujan, bersiap-siap saja spot jantung. kalau mesin kendaraan tidak mlepek ya paling terkena cipratan ketika roda kendaraan lain melintas. tak heran, sepanjang jalan berderet sepeda motor berhenti karena tak mampu melawan kekuatan air yang menggenang.<br /><br />kondisi ini tak separah sebelumnya, kira-kira setahun lalu ketika sejumlah buruh mengerjakan semenisasi selokan di salah satu sisi badan jalan, kalau dari mukakuning ke pancur sebelah kiri. lumayan sih, genangan air tak setinggi dulu. kecipratan air kotor lebih mendingan sih ketimbang sudah kecipratan air kotor eh mesin kendaraan mati pula. jika saja kondisi jalan di kawasan ini semulus jalanan nagoya atau jodoh mungkin tak perlu khawatir. nah, yang ini beda. salah sedikit berkendara, roda bisa terjebak dalam lobang yang jumlahnya tak sedikit. ah, janganlah menebak lobang jalan dibalik genangan air.<span class="fullpost" ><br /><br />meskipun perbaikan selokan tadi bukan proyek besar, diakui atau tidak membantu menyelematkan perjalanan. sayang, belum genap setahun (atau kalau menurut hitungan saya paling lama juga setahun) selokan tadi tak lagi dihiasi aliran air tetapi bongkahan-bongkahan semenisasi sebelumnya. entah semennya tak sesuai aturan atau memang ya begitulah kekuatan air, selokan itu kini rusak lagi.</span>farand ilalanghttp://www.blogger.com/profile/14493168180683166700noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9049575967155559568.post-6586480656590124412008-09-25T11:01:00.001+07:002008-09-25T11:04:11.040+07:00rezeki rumah liar<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7zFg16Xk5RmdlJT2f6Es4yk78XzTpsZIpnEIhnft4YWAtsYxSLI18UT8Qxc8YsBjKicWl2TqAz9xd1YclC-M3S7egf0m2Y_Di3d6Q0Wncg4WjuagzBZq_gwUanURCytGVY_CMd8VghZ0/s1600-h/bocah+ruli.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7zFg16Xk5RmdlJT2f6Es4yk78XzTpsZIpnEIhnft4YWAtsYxSLI18UT8Qxc8YsBjKicWl2TqAz9xd1YclC-M3S7egf0m2Y_Di3d6Q0Wncg4WjuagzBZq_gwUanURCytGVY_CMd8VghZ0/s200/bocah+ruli.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5249804828302138114" /></a>nama sebenarnya saya tak tahu, hanya saja saya biasa memanggilnya mbak. baru seminggu ia berjualan di tepi jalan kecil, jalan tanah yang berdebu saat panas dan becek dan menelan berapa banyak pengendara sepeda motor terjatuh. jalan masuk dari depan pasar pancur hingga pancur tower. bukan jalan jelek itu yang ingin saya tulis di sini. bosan, anda juga tahu itu, kan?<br /><br />kata si mbak tadi, ia sengaja memilih lokasi itu untuk berjualan. kebetulan rumah yang sekarang digunakannya untuk kedai kuecil-kuecilan itu dijual penghuni lamanya. rumah liar sih, dindingnya tambalan tripleks, atapnya seng, harga jualnya tiga jutaan (yuk bisnis rumah liar, masih laku lho). beberapa hari lalu, saat blusukan ke kampung-kampung (heran ya, hobi kok nyusup-nyusup ke kampung, apa memang seperti ini kebiasaan orang yang juga lahir di kampung?) saya sempat ngobrol-ngobrol dengan mbak pemilik kedai.<span class="fullpost" ><br /><br />saya: kok jualan di tempat sepi begini, mbak?<br />mbak: itulah mas, nggak tahu enaknya berjualan di kawasan ruli.<br />saya: memangnya sehari dapat berapa?<br />mbak: sehari saya dapat duit minimal tiga ratus ribu, padahal belajanya cuma berapa sih.<br />saya: (tak bertanya dulu, cuma bengong mendengar jawaban si mbak. lihatlah, jualannya paling mahal juga seribu per item, kecuali rokok, itu juga kalau beli sebungkus. terus teras rumahnya tak akan cukup bila lima pembeli datang sekaligus. barang dagangan ditaruh seenaknya, ada yang digantungkan di paku yang nonjol-nonjol di dinding, atau kayu penyangga atap rumah)<br />mbak: (tak berkata juga, hanya tertawa agak keras. memang si mbak suka tertawa?<br />saya: siapa saja yang beli, mbak?<br />mbak: itulah mas, jangan anggap orang di ruli itu tak punya duit. rata-rata bekerja di pt, kalau meraka tak mengambil rumah bisa jadi karena tak ingin selamanya tinggal di batam. mas mungkin tak akan percaya, di warung saya yang satu lagi, ya sekecil ini (busyet, berapa warung nih orang) saat malam 17-an hampir mendapatkan satu juta rupiah. memang ngitung duitnya sampai mata pedas karena kebanyakan ribuan, sudah lecek lagi.<br /><br />begitulah rezeki rumah liar. semula saya kira pemilik warung ya pemilik rumah, padahal tak selamanya begitu. dari si mbak tadi saya juga tahu, banyak orang-orang mengincar kawasan rumah liar untuk sekadar menyewa rumah warga dan mendirikan warung kecil. lha kalau hasilnya seperti ini, saya juga mau, ah...</span>farand ilalanghttp://www.blogger.com/profile/14493168180683166700noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9049575967155559568.post-45738250948181878922008-09-24T20:30:00.002+07:002008-09-24T20:45:28.547+07:00berbuka bersama atau kempingsenin (22/9) petang, masjid raya batam ramai. tanya sana-tanya sini, terjawab pertanyaan itu. ooo, rupanya yang berdatangan para guru, dari tk - sma se-kota batam. kalau semua hadir, jelas ribuan. acaranya: berbuka puasa bersama, hasil kerja sama pgri dengan dinas pendidikan kota batam. samar-samar, aku yang duduk santai di ruang sekretariat lantai dasar mendengar wali kota batam memberikan kata sambutan. saya bersyukur, rupanya masih terjalin keakraban antar guru dan instansi dan organisasi yang menaunginya.<br /><br />azan maghrib berkumandang. tak berapa lama, sejumlah wanita mendatangi sekretariat dan bertanya masih adakah nasi. muncul pertanyaan lagi, apa nasi berbuka puasa yang disediakan panitia tak cukup atau? tanya sana tanya sini, terjawab lagi pertanyaan itu. ooo, rupanya guru harus membawa bekal sendiri-sendiri. kontan saya dan teman-teman yang saat itu menunggu sholat maghrib saling berkomentar.<span class="fullpost" ><br /><br />seorang pengurus masjid yang ada di pintu keluar menuju areal parkir nyeletuk: berbuka puasa atau kemping, nih. tawa langsung meledak. lalu terdengar gendu rasa (baca pembicaraan santai) beberapa guru menjelang acara bubar. intinya, apakah tidak lebih baik acara seperti ini dikoordinasikan terlebih dahulu. ya bisa dengan cara menyurati semua sekolah, menarik iuran berapa butuhnya, lalu panitia yang mengurus acara tersebut. artinya: menua berbuka puasa sama jenisnya.<br /><br />saya bertanya kepada anda, sederhana saja. anda bersama rekan-rekan guru begitu membuka bekal dari rumah masing-masing begitu bernafsu melihat nasi putih, secuil sambal (karena cabe lumayan mahal) dengan lauk ala kadarnya. sementara di samping anda guru-guru membuka nasi kotak yang dipesan dari sebuah restoran terkenal. dan saya menyaksikan sendiri, karyawan sebuah rumah makan mengantarkan menu berbuka puasa yang dipesan oleh sebuah sekolah.<br /><br />seandainya menu dipesan sekolah masing-masing, saya rasa tetap ada perbedaan bentuk dan gizinya. soalnya ada sekolah yang harus tersengal-sengal menghidupi biaya operasionalnya, sementara tak sedikit sekolah yang tak perlu meikirkan biaya biaya yang harus dikeluarkan untuk acara berbuka puasa seperti itu.<br /><br />ah, pak guru, bu guru...</span>farand ilalanghttp://www.blogger.com/profile/14493168180683166700noreply@blogger.com0