Thursday, September 25, 2008

rezeki rumah liar

nama sebenarnya saya tak tahu, hanya saja saya biasa memanggilnya mbak. baru seminggu ia berjualan di tepi jalan kecil, jalan tanah yang berdebu saat panas dan becek dan menelan berapa banyak pengendara sepeda motor terjatuh. jalan masuk dari depan pasar pancur hingga pancur tower. bukan jalan jelek itu yang ingin saya tulis di sini. bosan, anda juga tahu itu, kan?

kata si mbak tadi, ia sengaja memilih lokasi itu untuk berjualan. kebetulan rumah yang sekarang digunakannya untuk kedai kuecil-kuecilan itu dijual penghuni lamanya. rumah liar sih, dindingnya tambalan tripleks, atapnya seng, harga jualnya tiga jutaan (yuk bisnis rumah liar, masih laku lho). beberapa hari lalu, saat blusukan ke kampung-kampung (heran ya, hobi kok nyusup-nyusup ke kampung, apa memang seperti ini kebiasaan orang yang juga lahir di kampung?) saya sempat ngobrol-ngobrol dengan mbak pemilik kedai.

saya: kok jualan di tempat sepi begini, mbak?
mbak: itulah mas, nggak tahu enaknya berjualan di kawasan ruli.
saya: memangnya sehari dapat berapa?
mbak: sehari saya dapat duit minimal tiga ratus ribu, padahal belajanya cuma berapa sih.
saya: (tak bertanya dulu, cuma bengong mendengar jawaban si mbak. lihatlah, jualannya paling mahal juga seribu per item, kecuali rokok, itu juga kalau beli sebungkus. terus teras rumahnya tak akan cukup bila lima pembeli datang sekaligus. barang dagangan ditaruh seenaknya, ada yang digantungkan di paku yang nonjol-nonjol di dinding, atau kayu penyangga atap rumah)
mbak: (tak berkata juga, hanya tertawa agak keras. memang si mbak suka tertawa?
saya: siapa saja yang beli, mbak?
mbak: itulah mas, jangan anggap orang di ruli itu tak punya duit. rata-rata bekerja di pt, kalau meraka tak mengambil rumah bisa jadi karena tak ingin selamanya tinggal di batam. mas mungkin tak akan percaya, di warung saya yang satu lagi, ya sekecil ini (busyet, berapa warung nih orang) saat malam 17-an hampir mendapatkan satu juta rupiah. memang ngitung duitnya sampai mata pedas karena kebanyakan ribuan, sudah lecek lagi.

begitulah rezeki rumah liar. semula saya kira pemilik warung ya pemilik rumah, padahal tak selamanya begitu. dari si mbak tadi saya juga tahu, banyak orang-orang mengincar kawasan rumah liar untuk sekadar menyewa rumah warga dan mendirikan warung kecil. lha kalau hasilnya seperti ini, saya juga mau, ah...

No comments:

ya beginilah template pemberian | Elque 2007