Sunday, May 24, 2009

cepat atau lambat

tiba di pelabuhan punggur, aku langsung saja menuju taksi jurusan panbil. kebetulan ada seorang teman yang satu tujuan, jadi bisa dipatung berdua he he. tak usah antre, agak mahalan dikit yang penting bisa cepat sampai di rumah. seminggu sekali bertemu istri bro...

di simpang empat kabil, setelah spbu terlihat kerumunan kecil namun cukup untuk membuat laju kendaraan, termasuk taksi yang saya tumpangi melambat. seorang lelaki marah-marah sambil menunjuk-nunjuk muka seorang supir metrotrans. yang ditunjuk tak kalah garang, ganti turun dari ruang kemudia dan mendekati warga tadi.

supir taksi yang saya tumpangi tiba-tiba turun. rupanya ia kenal supir metrotrans yang terlibat pertikaian. ia tampak berbincang dengan supir metrotrans, sekitar lima menit lalu ia kembali. kepada saya, supir taksi cerita kemarahan penumpang dipicu ongkos yang ditarik supir metrotrans dianggapnya kemahalan seribu perak. bukan tanpa alasan kalau ongkos dinaikkan seribu perak.

"metrotrans itu kan nunggu, antre dulu biar pebuh baru berangkat. dan antrenya bukan dibiarkan sembarangan, ada calo yang bertugas mencari penumpang. kalau penumpangnya penuh, calo mendapatkan imbalan sepuluh ribu perak. makanya supir metrotrans ngotot minta tiga ribu, sedangkan penumpangnya ngotot tiga ribu saja," cerita supir taksi.

uh, sulitnya menjadi warga batam. mau cepat bayar, sudah lambat bayar juga. contoh yang mau cepat, bikin ktp tembak, minta tolong orang dalam di kantyor imigrasi buat ngurusin paspor, nyogok orang samsat dan sebagainya. urusan memang cepat, tetapi duit sudah pasti nambah. lha yang lambat bayar juga, ya cerita supir dan penumpang tadi.

penasaran? lanjut....

mengalir sampai jauh

semalam, pukul 00.10 wib, rasa lapar menyerang. untung di depan rumah, samping masjid al maruf bidadari masih ada penjual nasi goreng buka. alhamdulillah, akhirnya bisa tidur nyenyak hingga subuh.

seminggu pulang sekali ke batam dari tanjungpinang, malam itu ada suara ganjil di telinga. kira-kira 50 meter dari kedai nasi goreng, suara mendesis campur cipratan air yang cukup keras mengusik rasa ingin tahu saya. kepada penjual nasi goreng, saya dapatkan jawaban jika suara itu pipa air atb yang bocor. bukan baru sehari dua hari, melainkan sudah enam hari.

kata penjual nasi goreng yang saya percaya tahu betul kapan pipa air itu bocor, karena kedainya tempat jualan juga sekaligus tempat tinggal, pemilik rumah yang sebagian ruangannya dikontrakkan sudah lapor kepada atb. tetapi yang dilapori belum juga melakukan perbaikan.

begitu pesanan dibungkus, saya mendekati tempat pecahnya pipa. tak bisa saya hitung berapa kubik air yang mengalir sampai jauh, sia-sia. saya jadi ingat tetangga saya di bidaayu blok s beberapa kali datang ke rumah untuk numpang mandi kalau air di rumahnya mati. lebih terbayang dengan jelas, seminggu sekali air di perumahan hang tuah permai, tanjungpinang (tempat saya tinggal di tanjungpinang) baru mengalir. mengalirnya pun tak pasti. kadang ngucur malam hari, kadang siang hari.

jujur saja saya katakan, setiap pagi menjadi kebiasaan saya mendatangi masjid hanya untuk sekadar mandi. menjelang sore, saya juga kembali mendatangi masjid untuk mandi sekaligus sholat ashar. wuih, betapa menyenangkan andaikata air di tanjungpinang seperti di batam. tak usahlah sampai terbuang percuma seperti kasus pecahnya pipa yang saya tuliskan ini. tak usahlah ngalir setiap hari, karena saya juga tahu tanjungpinang mengandalkan air dari dam sungai pulai yang debit airnya saat ini sungguh mengkhawatirkan. dua hari sekali ngalir saja cukuplah bagi saya.

hingga kaki menginjakkan lantai rumah, masih terbayang jelasnya cipratan air tadi. apakah sesuatu yang kecil memang biasa untuk tidak dianggap oleh orang kita? begitu besar, buru-buru menanganinya sehingga kadang-kadang tak mampu lagi. ah, entahlah. perut saya kenyang dan saya keburu untuk tidur.

penasaran? lanjut....

Saturday, May 23, 2009

bangga vs khawatir

saya bangga batam gencar memproklamirkan diri dengan slogannya: batam digital island. bagus, sebuah kota yang tak ingin ketinggalan informasi dan teknologi. yang berbau online agaknya tengah digandrungi. dulu ktp siak (yang harusnya online dari awal), lalu ada lelang online, baru-baru ini juga dikembangkan terobosan di dunia pendidikan.

saya patut bertanya, begitu gencarnya pemkot membombardir telinga kita dengan batam digital island tadi. apakah semuanya sudah mendukung? misalnya, pegawai-pegawai biasa, yang bukan bekerja di pusat penanganan data atau tukang mencermati server, apakah mereka juga melek dengan kedigitalan tadi? ini bayangan saya saja, di sebuah pasar di batam ada seorang pegawai pemkot ditanya oleh penjual rujak yang rajin membaca koran tentang batam. si penjual rujak ingin tahu seperti apa program-program batam digital island tadi, bagaimana jika masyarakat ingin tahu.

lalu saya membayangkan begini, jika pegawai yang ditanya tak tahu. harapan saya pribadi sih, ada bagusnya pemkot mengikuti langkah yang dilakukan telkom (bandung?) yang mewajibkan pegawainya membuat blog atau program jejaring soaial lain seperti friendster atau facebook. tujuannya biar mereka juga bisa njelasin ke warga, karena mereka bekerja di sebuah perusahaan yang memang berkaitan erat dengan dunia informasi teknologi. ketika batam mengumandangkan diri sebagai batam digital island, yang ada dalam benak saya ya seperti itu. semua urusan bisa diselesaikan lewat online. nggak perlu ada orang marah-marah di kantor camat karena agama di ktp-nya berubah dari isian di form pengajuan pembuatan ktp.

hayo kita hitung bersama-sama, berapa persen pegawai yang melek blog? yang punya facebook? yang paham betul bagaimana brwosing di internet? atau googling?

penasaran? lanjut....

Wednesday, May 20, 2009

sepi...

tak akan banyak berubah kalau kita tak seksama. coba cermati, apa yang sedang terjadi di batam? yang pasti jangan dulu berpikir membangun rumah atau kamar kontrakan di dekat kawasan industri mukakuning.

dulu, ya dulu, ada satu kamar kosong di kawasan bidaayu atau bidadari saja sudah ditanya buruh pabrik bisa tak dikontrak. sekarang, rumah-rumah warga, kontrakan berlomba menawarkan diri. bukan hanya itu, di sekitar tempat tinggal saya ada sedikitnya tujuh rumah dijual. lima diantaranya, karena pemiliknya mau pulang kampung.

saya punya berita, seorang buruh di sebuah pt di mukakuning ambil rumah di kawasan tanjungpiayu. cicilan uang muka lunas. pas mau akad kredit, ternyata ia di-phk. uang muka rumahnya ditawarkan separonya saja kepada orang lain yang bersedia meneruskan. tak juga laku sampai saat ini.

masihkah batam menjanjikan? tanyakan kepada hati anda, sebarapa keras perjuangan anda, seberapa hebat perlawanan anda untuk menaklukkannya. jika lutut anda sudah tak mampu lagi menopang tubuh, saatnya bertanya: masih berapa jauhkah perjalanan untuk meraih harapan itu dengan kaki lumpuh?

penasaran? lanjut....

ya beginilah template pemberian | Elque 2007