Monday, September 22, 2008

tarawih yang terpenggal

seorang perempuan muda tergesa-gesa meninggalkan masjid di komplek perumahanku, semalam. padahal tarawih belum selesai. rupanya si perempuan merasa diomongin jamaah perempuan lain. di dekat kedai, si perempuan berhenti sebentar. dan terjadilah dialog seperti berikut ini, dengan seorang perempuan lain yang tengah berbelanja. kebetulan aku membeli dua linting rokok.

perempuan 1: rupanya masjid sekarang menjadi tempat menuding.
perempuan 2: maksud mbak? ada yang ngomongin saya ya karena absen beberapa hari di masjid?
perempuan 1: bukan mbak yang diomongin, tetapi saya yang ditanya.
perempuan 2: soal apa?
perempuan 1: saya tak tahu namanya, cuma sewaktu menyelesaikan delapan rakaat dan mau berdiri dia bertanya kepada saya. nanyanya begini: mbak rumahnya di mana sih? kok jarang terlihat tarawih di sini? tarawih di masjid raya, ya?
perempuuan 2: tersenyum.
perempuan 1: apa kalau saya sholat selalu di samping dia? apa saya juga harus menjelaskan bahwa saya baru saja mendapatkan halangan?
perempuan 2: mbak membalas pertanyaan ibu itu?
perempuan 1: tidak. buat apa mbak, nanti hati saya malah jengkel. malah sia-sia kedatangan saya ke masjid. saya pulang saja, karena saya juga manusia, takut tersinggung lalu muncul masalah. nggak enak, soal masjid raya saja kok ada buntutnya.
perempuan 2: bagus begitu, mbak.

bukan cuma aku, bude pemilik kedai juga ikut mendengarkan percakapan singkat dua perempaun tadi. namun ia tak berkomentar, ia lebih suka melayani pembeli yang datang. aku belakangan menyerahkan uang untuk dua batang rokok putih yang diberikannya.

tiba di rumah, kurebahkan badan di ruang depan. suara imam masjid memimpin sholat tarawih masih terdengar. kuisap asap rokokku dalam-dalam, sambil merenung. betapa susahnya mendapatkan keihlasan, ketulusan, keinginan untuk bersama, satu rasa, satu tujuan, meski di tempat beribadah. aku tak bisa memberikan penekanan siapa yang kurang sabar untuk kasus ini. apakah si ibu yang menegur kurang menyadari apa yang diucapkan bisa menimbulkan sakit hati, atau si perempuan muda yang terlalu merasakan apa yang disindirkan kepadanya.

1 comment:

Anonymous said...

Wah Tarawih kan sunnah ndak boleh dong yang ndak dateng dikomentari macam-macam. Siapa tahu capek, sakit atau ada halangan lainnya...

ya beginilah template pemberian | Elque 2007