Friday, June 6, 2008

mengapa kursus laku?

seorang teman pemilik sebuah lembaga pendidikan luar sekolah semalam bertandang ke rumah. dari sekadar ingin minta dibuatkan brosur, akhirnya perbincangan merembet ke soal tempat kursus yang menurutnya tak pernah sepi. jika sampai kalimat ini anda berpikir, syukur anak-anak batam sudah mulai berpikiran maju, mau ikut kursus, saya mohon (entah sejak kapan saya lebih suka menggunakan kata saya dibandingkan aku) jangan dulu dilontarkan. karena....

kata temanku tadi, yang lulus sebuah ikip di yogyakarta, banyak anak-anak ikut kursus karena ingin mengerjakan pekerjaan rumahnya di tempat kursus. guru tempat dia kursus tentu merasa punya kewajiban membantu tugas muridnya, meskipun yang memberi pr guru di sekolah, bukan dia. murid kurus membayar, guru kursus dibayar. talian yang sederhana namun bisa membuat orangtua siswa kelimpungan.

"kalau guru kursusnya mengajari bagaimana mencari jawaban lewat prosesnya sih tak apa-apa. yang terjadi (tentu saja tidak semuanya) guru kursus langsung mengerjakan pr sekolah tadi tanpa mengajarkan bagaimana cara mencarinya, yang penting muridnya merasa senang pr di sekolahnya sudah dikerjakan. ini kan bahaya. ketika di sekolah si anak harus menghadapi ulangan, ia tak akan tahu proses mencari jawaban dari soal yang diberikan," begitu kata kawan saya tadi.

(jujur saja, saya juga berpikir jangan-jangan temanku yang guru kursus ini juga begitu he he he)

penasaran? lanjut....

ya beginilah template pemberian | Elque 2007