Wednesday, November 7, 2007

mahalnya sebuah kesejukan

hari ini, rabu (7/11) jarum jam di tangan menunjuk pukul 14.00. keluar dari mega mal, batam center kembali terasa betapa panasnya kota ini. bersama kawan, aku diajak cari suasana lebih fresh sambil mencari makanan pengisi perut. dari mega mal, kami menyusuri jalan samping otorita batam, persimpangan bebek bali (sudah tutup) kami belok kiri. dari persimpangan hingga perempatan ujung carnaval mal benar-benar perjalanan yang terasa lama.

bukan keasyikan menikmati angin laut, melainkan debu beterbangan. bisa anda bayangkan, debu beterbangan di jalan raya kota. yang jelas di permukaan aspal terlihat gundukan-gundukan tanah yang sudah mengering. sebagian masih tampak benjol-benjol, sebagian sudah menjadi debu. hasrat belok ke warung sunda hilang setelah mereguk debu dari balik kaca helm.

soal ceceran tanah di jalanan, itu biasa di batam. kalau di tanjunguncang sih kayaknya biasa karena ini kawasan industri galangan kapal. nah ini di tengah kota, seharusnya tak ada kendaraan pengangkut tanah seliweran. tetapi mau apa lagi, karena memang beginilah batam.

1 comment:

Anonymous said...

itulah seninya hidup di Batam .. hehe

ya beginilah template pemberian | Elque 2007