Wednesday, March 5, 2008

ampuni saya tuhan

komputer butut itu masih teronggok di sudut kamar tengah rumahku yang sempit. dibandingkan aku, istri dan anakku lebih sering menggunakannya. anakku bahkan mahir menggunakan painter yang sudah aku crack, sedangkan istriku kadang sampai malam membuat laporan pekerjaannya sebagai guru. entah apa saja yang dibuatnya laporan. apa guru di amerika juga senjlimet itu, ya?

selain anak dan istri, benda yang aku beli dua kali bayar itu juga kerap membantu seorang takmir masjid membuat laporan. kebetulan di masjid tempatnya mengabdi memiliki madrasah diniyah awaliyah dan taman pendidikan alquran. aku yang jarang ke masjid, paling tidak berpikir ah membantu orang lain kan baik. apalagi ada urusannya dengan umat. belum sampai ke pahala. hanya sekadar mencoba jadi orang baik. hampir sepuluh nama aku ketikkan, berdasarkan catatan dari sang takmir masjid. semuanya tertulis sebagai pengajar di lembaga pendidikan tadi.

kata sang takmir, yang aku buat itu untuk laporan pengambilan insentif di departemen agama. insentif setengah tahunan itu nilainya lumayan juga buat membantu guru-guru yang memang kadang bekerja dengan nurani dan keihlasan yang abadi.

waktu berlalu, hingga suatu malam aku mendengar rumahku diketok orang.

malam yang membuatku tersadar, betapa hidup begitu mudah tergelincir ke dalam selokan duniawi. alhamdulillah, berkas hasil ketikan tanganku diterima di depag dan alhamdulillah lagi, semuanya cair. semoga pengajar di tpa dan mda tadi lebih bersemangat. jujur, begitu doa saya. ketika sang tamu meneruskan kabarnya, aku terdiam. kata dia, kenapa saya mau mengetikkan data guru sebanyak itu jika yang benar-benar mengajar hanya dua orang? sebuah pertanyaan yang tak mampu aku jawab. kalau aku jawab tak tahu, nanti sang tamu mengejarku dengan pertanyaan, "anda kan tinggal di kampung ini, masa tak tahu jumlah guru tpa kita?".

begitulah kenyataannya. semakin hari semakin gencar terdengar, rupanya memang seperti itulah cara kerja pengurus tpa atau mda setiap kali insentif mau cair. gurunya empat ditulis enam, gurunya dua ditulis sembilan dan sebagainya. ada warga yang bertanya soal itu, jawabannya beragam. di kampung a kelebihan insentif untuk membeli perlengkapan tpa, alhamdulillah masih baik meski caranya jelas tak betul. di kampung b langsung dibagikan kepada guru-guru baru yang sebelumnya tak pernah berpikir akan mendapatkan insentif dan juga tak tahu nama mereka dimasukkan dalam pengajuan penerimaan insentif. tetapi ada juga yang tak tahu kemana larinya sisa uang insentif tadi.

tuhanku, raja segala raja. ampuni aku. sungguh, aku hanya ingin mencoba menjadi orang baik. kalau diminta memalsukan ktp saya jelas menolak, masa aku juga harus bilang tidak ketika ada yang minta dibuatkan daftar nama guru calon penerima insentif? kalau memang Engkau vonis aku bersalah, vonis juga orang-orang yang terlibat dalam persekongkolan kasus ini. dan kalau boleh, izinkan aku minta maaf kepada-Mu sekarang juga. saat ini juga, terserah yang lainnya.

kulirik komputer tuaku. monitornya mulai berdebu.

1 comment:

Anonymous said...

sabar boz, belajar jadi orang baik mmg banyak ujiannya...

ya beginilah template pemberian | Elque 2007