Friday, March 7, 2008

sebuah kampung bernama bidaayu

pernahkan anda membayangkan, hanya dengan duit Rp6 jutaan sudah dapat rumah? sungguh, dengan uang sejumlah itu anda sudah bisa memiliki rumah di bidaayu, tanjungpiayu. bolehkah kalau aku katakan inilah rumah paling murah se-endonesa? (karena begitu susah menyebut indonesia).

tahun 2000 ketika aku datang ke batam, bidaayu belum begitu ramai. orang lebih suka menyebut tempat jin buang anak. tetapi itu dulu, sekarang bidaayu menjelma menjadi sebuah perkampungan komplit. semuanya ada. dari klepon hingga rental komputer, dari sate kambing hingga dealer sepeda motor. jangan tanyakan harganya sekarang, untuk rumah yang belum direnovasi harganya bisa rp25 jutaan.

kabar yang tak kabur, dari ribuan rumah di bidaayu mungkin sebagian besar belum melunasi kewajibannya membayar cicilan. alasannya, sudah ada yang lunas tetapi belum juga keluar surat pl (pecah lahan) dari otorita batam. apalagi sertifikat. kenyataan ini membuat warga yang belum melunasi jadi ogah-ogahan. sejarahnya, bidaayu adalah perumahan murah yang disediakan bagi warga gusuran. yang rulinya digusur dapat rumah, yang dulu sewa di ruli bisa menyewa rumah sewa murah di bidaayu yang letaknya berada di depan. bedanya, rumah sewa murah sudah jadi rumah, sedangkan rumah murah berupa sekat kanan kiri tanpa dinding depan dan belakang. atapnya memanjang, berapa puluh rumah jadi satu. mirip kereta kalau dilihat dari atas pesawat.

entah mengapa, otorita batam akhirnya meluluskan permintaan penghuni rumah sewa murah agar rumah yang mereka tempati bisa menjadi hak milik. warga yang menempati rumah murah di bagian belakang tentu protes. mendingan dulu memilih di rumah sewa murah yang letaknya di depan dan sudah siap ditempati. meski cicilannya agak mahalan dikit, tetapi tak jadi soal.

hingga kini, aku melihat bidaayu menjelma dan bergerak begitu cepat. orang-orang kaya pun bisa memiliki rumah di tempat ini. tentu saja renovasi rumahnya begitu kentara, begitu berbeda. toh biarlah saja, itu urusan mereka. seandainya, seandainya waktu itu aku juga mengambil satu atau dua rumah, pasti sekarang...... soalnya, begitu banyak penghuni rumah di sini merupakan pihak kedua. betapa menyenangkan, tak bayar cicilan bisa punya rumah. kalau nanti ditagih lagi, ya tinggal aku jawab, "bisa gak nanti mengelurkan pl-nya?" kalau tetap dipaksa membayar, aku jawab lagi, "yang lainnya saja pada belum bayar." kalau dipaksa, ya tinggal kirim sms ke tetangga, isinya, "ayo kita bergerak melawan, mana berani pemerintah menghadapi kita dengan jumlah begitu banyak?".

ah, ketika jalan-jalan di bidaayu aku masih bingung memikirkan uang cicilan perumahan tipe sangat sederhana. masih sembilan tahun lagi. saat yang sama, seorang warga di bidaayu tersenyum sambil mengisap sebatang rokok. hm, nikmat betul hidup di batam.

2 comments:

Anonymous said...

laa itu tanahnya bermasalah no ya ?

Anonymous said...

Ojo meri om...
Rejeki ada yg ngatur. tetaplah berjalan di jalan yg lurus. ;)

ya beginilah template pemberian | Elque 2007