Friday, September 19, 2008

yang damai, yang terusik

mengingat empat lima tahun silam, siang itu kularikan sepeda motor ke masjid yang terletak di atas bukit senyum. dulu, inilah masjid yang selalu kusapa paling tidak seminggu sekali, saat jumat. alhamdulillah, semakin besar saja masjid itu. sayang, sepertinya tak seramai dulu. padahal udaranya sejuk, angin tak berhenti berbisik.

sejenak aku rebahan di lantai masjid. di bawah kubah berdiameter belasan meter. lantai yang dingin, menyatu dengan kulit tubuh yang baru saja dihinggapi hawa panas setelah setengah hari keliling jodoh nagoya untuk mencari inspirasi dan rezeki. ingin sebenarnya aku hanya rebahan, mengenang masa lalu. namun kantuk menyerangku hingga membuatku tertidur dalam ketenangan. nyaris tak terdengar deru mesin kendaraan. pulasa sekali. bangun-bangun ketika gema suara azan terdengar. aaaah, malas rasanya bangun. tetapi tak boleh, dan aku mengambil air wudhu. salat jamaah bersama. hening, tenang, damai.

kupakai sepatuku, menyusuri bagian depan masjid. tak pernah aku lihat sebelumnya, belasan monyet bermain-main di trotoar. beberapa ekor bergelantungan di pepohonan. pikirku, mereka ikut menikmati kedamaian suasana masjid. iseng aku dekati binatang-binatang itu. ups, tak seramah yang aku sangka. ketika aku coba menenangkannya dengan bunyi apa saja dari mulut, mereka justru semakin garang. untung ada seorang jamaah buru-buru berteriak, "mas, binatang itu liar. keluar dari hutan karena habitatnya tak ada lagi, habis dibabat untuk proyek."

kini aku tahu, bukannya mereka ramah ketika mencoba mendekati manusia. tak ada jalan lain. dan sebuah pemandangan membuatku merenung, ketika bayi monyet mengorek-ngorek abu bekas pembakaran. ia mencoba mencari makanan di tumpukan abu tadi. sekitar dua menit ia mengorek, dan akhirnya tak ketemu juga makanan itu. sebegitu susahkah ia mendapatkan makanan di hutan sehingga lupa dalam debu tak akan ada makanan monyet.

No comments:

ya beginilah template pemberian | Elque 2007