Friday, December 21, 2007

jauh sekali

sudah empat minggu ini kuhabiskan bersama teman-teman ke pulau. minggu pertama ke pulau akar, lalu pulau buluh, selanjutnya ke kampung tua bagan, tadi siang barusan kembali dari pulau panjang. semuanya ada di batam.

sungguh, memandang batam adalah harapan dan "iri" bagi warga pulau-pulau tersebut. saat buruh-buruh pt berhamburan menyesaki mal setelah gajian, atau beberapa diantaranya menyelundup ke diskotek dan kencan dengan lelaki bule saat tanggal tua, warga pulau tetap berdiri di pantai. ikan tak lagi semudah dahulu. jaring dan jala terpaksa bertengger di batang pohon, menunggu arus angin tak kuat. anak-anak termangu memandangi ijazah yang hanya menjadi pajangan di dinding karena orangtuanya tak mampu lagi membiayai ke sekolah yang lebih tinggi. bagi orang kota, sekolah tinggi mungkin s1 atau s2. tetapi bagi warga pesisir, sekolah lebih tinggi bisa saja smp atau sma.

warga menyadari, hidup di pesisir tak ada yang bisa dilakukan selain melaut. mereka juga sadar tanpa perahu ikan tak mungkin didapatkan. dan mereka menyadari perahunya sudah mulai keropos. di bagan, kulihat seorang nelayan mengolesi pancungnya dengan cat anti air. kata dia, pekerjaan itu entah sudah berapa puluh kali dilakukannya. di pulau panjang lain lagi, untuk mencapai sekolah murid dari seberang harus melintasi jembatan kayu. tetapi papan yang harus dipijak pada jembatan sebagian sudah hilang. kalau hujan atau air pasang, terpaksa meninggalkan pelajaran hari itu.

rumah-rumah beratap rumbia ramah menyambutku, seremah wajah penghuni kampung. tetapi apakah keramahan saja cukup untuk bersaing memperebutkan hidup dengan warga kota?

1 comment:

Anonymous said...

Mas, lek nang pulau melok pok'o! Tapi lek gak pas kerjo.

ya beginilah template pemberian | Elque 2007