Monday, March 17, 2008

catatan perjalanan

keluar dari persimpangan bidadari, pagi ini, kulihat banyak orang bergerombol. katanya semalam baru ada yang meninggal tabrakan. satu orang meninggal. itu bukan kejadian pertama. menyusuri satu badan jalan untuk jalur dua arah memang butuh kehati-hatian yang lebih. ya tuhan, semoga selamat dalam perjalanan menuju tempat kerja.

roda motor bututku melaju, di bawah perumahan bukit sentosa kembali kubayangkan wajah anakku. semalam ia sakit, panas. setiap saat bangun, mengigau. mulutnya berkali-kali memanggil ibunya. anakku, engkau akan tumbuh semakin besar. ayahmu akan semakin tua. semakin besar dirimu, kehidupanmu akan semakin komplek. tak lagi hanya main game di komputer tua kita atau menganggu ibumu menyiapkan makan malam.

duk! roda depan motorku menjadi mangsa puluhan lubang jalan antara pintu empat dan lima kawasan industri batamindo, mukakuning. maaf anakku, bayangan wajahmua pudar seiring kempesnya ban motor kita. kurogoh saku celanaku, seingatku masih ada 10 ribu rupiah pemberian ibumu. untuk makan siang ayah. alhamdulillah, masih cukup untuk nambal ban dalam. di depan pintu empat, tukang tambal ban menangani ban motorku. baru saja hendak kuteruskan mengingat wajahmu anakku, tukang tambal bilang lubangnya dua. impas. semoga tugas ayah di kantor cepat selesai, bisa makan siang di rumah meski terlambat beberapa jam.

kulanjutkan perjalanan. engkau anakku, kini sudah mulai banyak bertanya. sudah mulai suka mewarnai gambar apa saja. entah sudah berapa buku latihan mewarnai yang engkau habiskan. merah, kuning, hijau dan warna lain kau gosokkan di kertas. ups, sampailah di simpang panbil. menunggu lampu hijau menyala, aku merasa bagai pembalap. berada di baris terdepan. begitu lampu kuning menyala, klakson saling berbunyi di belakangku. begitulah anakku. warga kota ini selalu tak sabar menunggu seper sekian detik hingga lampu kuning berganti hijau. ayahmu pasti jalan begitu lampu hijau, tak usah diingatkan dengan klakson. roda mulai berputar, arah jalan menikung, entah berapa sepeda motor yang menyalip. ah, warga kota ini memang suka tergesa-gesa.

jalan lurus kini terbentang. lagi-lagi engkau anakku. embahmu di jawa berkali-kali telepon, bisa nggak usai sd nanti menuntut ilmu di seberang. lalu kenangan demi kenangan hadir sampai ke pintu masuk kantor.

***

jam lima sore, dari batam center kupacu motorku yang terdengar terengah-engah. entah sudah berapa putaran hari oli belum diganti. perempatan simpang kabil, lampu merah. seperti biasa, menjelang lampu hijau suara klakson bersahutan. langit mendung, sebentar lagi hujan karena gerimis kecil satu satu mengenai kulit telapak tanganku.

lampu hijau. sebuah angkota berjalan pelan di depanku. kukurangi tarikan gas di tangan. angkota rupanya menepi ke kiri untuk mengambil penumpang yang berdiri di tikungan jalan arah mukakuning. tanpa lampu tanda. begitu kubelokkan kemudi, sebuah lubang besar membuat perutku bergetar. ah, lubang di tengah jalan. entah sudah berapa lama ia ada.

aku ingat engkau lagi anakku. sepuluh menit lagi ayah sampai di rumah. kubayangkan kelak kau jadi penyanyi saja, seperti jawabanmu kalau ditanya soal cita-cita. album dengan lagu-lagu bagus kan membuat bangsa yang tengah sakit ini ikut berdendang. rasa gembira sudah mencuri waktu seseorang untuk bertindak positif daripada sedih, marah, dan jengkel. tetapi kalau engkau menjadi pejabat, tolong jangan terlalu lebar membuka lubang mulutmu ketika menebar janji. jangan banyak berjanji, tetapi berbakti untuk negeri. yakinkan di kota yang dianggap bandar dunia madani ini warga bisa melenggang dan membayangkan wajah anaknya di jalanan tanpa harus terganggu lubang jalan.

No comments:

ya beginilah template pemberian | Elque 2007