Monday, March 17, 2008

musyawarah yang timpang

selasa, 11 maret 2008. hari masih pagi di permukiman rumah liar (ruli) gang kalimutu, batuaji. hujan rintik membuat lengang. tak lama terdengar teriakan, kaki-kali berlarian, jeritan ibu-ibu dan suara orang-orang kalap. penggusuran!

kalimat sakti yang dulu terbukti mampu menyelesaikan sebuah masalah "musyawarah untuk mufakat" kini tak ubahnya slogan tanpa mana. setiap kali terjadi penggusuran, menyulut kerusuhan. warga yang rumahnya emoh digusur akan melawan sekuatnya karena memang harta itu yang dimiliki. aku masih ingat, barikade ibu-ibu di bengkong kolam tetap tak mampu membendung alat berat developer.

kurasakan benar arti tempat tinggal bagi warga batuaji itu. pasti bukan pilihan tinggal di ruli dengan fasilitas serba "menyakitkan" jika memang ada uang untuk menyicil perumahan. pemerintah yang tak mampu mengatur kenaikan bahan pokok membuat kenaikan gaji tahunan cukup berarti. sama saja, upah naik atau tidak. dari berita yang kubaca, atusan warga di lokasi penggusuran sebenarnya sadar tanah yang didiami bukan milik nenek moyang mereka. hanya satu tuntutan mereka, kerja keras mengumpulkan hasil keringat berupa paku, seng, triplek bekas, kayu bekas proyek sehingga terkumpul dan membentuk rumah liar dihargai. sebuah tuntutan yang wajar menurutku.

tetapi ketika buldozer developer masuk dan warga mengamuk, memaksa roda alat berat berhenti dan menungganglanggangkan puluhan pria dari pihak developer tentu ada penyebabnya. kata warga yang masuk bersama ala berat bukan perwakilan developer, tetapi preman. negeri preman agaknya tempat yang kita diami ini.

musyawarah memang tak semudah bayangan. semakin banyak peserta musyawarah, semakin banyak yang perlu dibahas. apalagi menyangkut hidup warga rumah liar. kabarnya, pernah dilakukan musyawarah warga dengan developer dan menghasilkan kesepakatan. sayangnya, hasil musyawarah itu ternoda oleh ulah provokator (yang seingatku tak pernah kutahu kata ini sewaktu masih damai tinggal di kampungku).

merasa hasil musyawarah yang dirasa menjunjung tinggi kepribadian warga negeri ini dikhianati, warga menuntut developer datang lagi untuk musyawarah. begitulah, ketika orang-orang kecil ini berhadapan dengan karyawan biasa, meski dari developer, tak ada mufakat. memang susah menjadi pimpinan. jangan hanya siap ketika menghadapi satu dua warga, ratusan warga juga harus dihadapi. warga kesal, marah. mereka satu kata, tiada kesepakatan. aku percaya, masih ada ending yang bakal terjadi.

sementara warga rumah liar bingung membayar listrik, menambal atap rumah dari getah, membiarkan anaknya menangis minta jajan karena uang di kantong memang kosong..... entah apa yang ada di benak pimpinan developer dan karyawan-karyawannya. entah pula yang tangah digagas preman yang katanya suruhan developer. musyawarah lagi? entah...

No comments:

ya beginilah template pemberian | Elque 2007