Tuesday, February 19, 2008

king size

seingatku, tuhan menciptakan manusia dalam bentuk paling sempurna. menurut pengertian aku sendiri, sempurna ya sempurna. cuma saja, kok masih banyak yang belum menyadari kesempurnaan itu dan berbondong-bondong ke paranormal. apalagi kalau bukan untuk mengoprek onderdil yang satu itu. dan aku juga belum pernah dapat kawan bicara yang sudah pernah melakukannya, dan mengatakan "wah, punyaku sekarang guede...."

lihatlah koran-koran di batam. tak ada yang menerbitkan iklan spesial memperbesar dan memperpanjang serta memperkuat onderdil pria, bahkan ada istilah yang aneh di telingaku. gurah khusus untuk onderdil perempuan. iseng-iseng suatu malam ku bertanya pada istriku kira-kira kalau gurah kayak gituan bagaimana caranya. aku tahu istri tidak sedang marah atau ngambek, tetapi tak ada jawaban keluar dari bibirnya. sampai pagi tiba. pernah sih aku gurah hidung, aku telentang, kedua lubang hidungku ditetesi cairan. pedas. kemudian aku disuruh telungkup, punggungku dipijit-pijit dan dari lubang hidung keluar cairan bening kental. kata praktisinya, itulah kotoran yang ada dalam tubuh. dialah biang sakit kepala, pusing dan sebagainya. mau tahu alasan aku lakukan gurah hidung? maunya sih bisa jadi penyanyi he he he.

bayanganku soal gurah vagina? aku tak tahu. yang jelas tak mungkin seperti gurah hidung yang pernah kulakukan.

soal iklan memperbesar, memperpanjang dan memperkuat tadi, kok tiada habis-habisnya. kadang lebih awet ketimbang iklan usaha lain seperti butik atau toko. gambaran kasarku, berarti praktik ini memang laku keras. pernah ada berita, seorang warga ngadu ke polisi setelah service ternyata onderdilnya mengecil. ibarat semula burung perkutut malah menjadi burung gereja. polisi bertindak. rupanya asisten si paranormal yang menanganinya, saat sang bos pulang kampung.

memang banyak king yang begitu dipuja. ada promotor tinju don king, mantan atlet bulutangkis lim swie king, film box office ada juga yang berjudul king kong, nah apakah king size juga bakal menjadi kebanggaan? aku masih belum tahu jawabannya, karena semalam istriku juga masih diam saat kutanya. saat kutanya topik yang lain, ia justru menjawab, "mas, matikan saja lampunya"

penasaran? lanjut....

Saturday, February 16, 2008

pak wali datanglah, lihat kami

Jalan tanah membelah hutan belantara itu seakan tiada habisnya. Padahal sudah lima kilometeran Pancur aku tinggalkan. Harus hati-hati untuk mengemudikan kendaraan, karena kedua sisi jalan jurang dalam. Selama perjalanan yang memakan waktu tak kurang dari 20 menit itu, hanya sesekali aku bersimpangan jalan dengan kendaraan lain. Orang berjalan kaki bahkan tak aku temui. Akhirnya sampai aku ke gapura sederhana. Selamat datang ke Tanjungpiayu Laut.

Wila berbaring beralaskan gulungan jaring tua di bawah sebatang pohon kelapa. Bocah 11 tahun ini bercengkerama bersama dua teman sebayanya. Seharusnya ia sekolah, karena pagi itu baru pukul 10.00 wib. Saat aku dekati, bocah berkulit hitam itu tersenyum. Belum sempat aku menyapa, ia sudah bicara duluan, "Om, ke laut yuk.

Rupanya ia masih teringat kebahagiaan saat melaut bersama ayahnya. Nasib baik berpihak, ia dan ayahnya berhasil membawa pulang dingkis dalam jumlah lumayan banyak. Kata Wila, ayahnya bisa membeli dua handphone. Meski ia katakan kejadian itu sudah lama, tampak sekali kecintaannya kepada laut. Kini, dingkis sudah susah. Wila pun tak lagi sekolah. Penuturannya, ibunya tak mampu memberinya uang untuk buku pelajaran. Ditanya Bantuan Operasional Sekolah (BOS), ia menggeleng. "Tak tahu, saya dulu fotokopi buku pelajaran," lanjutnya.

Wila adalah satu dari sekian bocah di Tanjungpiayu Laut, Kecamatan Sei Beduk yang kurang beruntung. Laut yang menjadi harapan sudah tak lagi menjanjikan. Ikan-ikan seakan menghilang. Hasil melaut kadang hanya cukup untuk membeli beras. Kadang bisa membeli kebutuhan lain, kalau kebetulan jatah beras miskin (raskin) datang. Tanjungpiayu Laut dihuni 100-an kepala keluarga (KK), terdiri dari empat rukun tetangga (RT) dalam satu rukun warga (RW). Dapat dikatakan semuanya berprofesi sebagai nelayan.

Susahnya menjadi nelayan diutarakan Rahman (28) yang ditemui tengah membuat sampan di ujung kampung. Dengan kapak kecil, ia memasukkan sedikit demi sedikit sumbu kompor yang menjuntai ke sela-sela papan badan calon sampan. Sambil bekerja, ia mengeluhkan sepinya hasil tangkapan akhir-akhir ini.

Tiga hari melaut, kadang ia hanya mampu membawa lima kilogram ikan. Ia menyebut penimbunan tanah di mana-mana sebagai penyebab kerusakan lingkungan. Laut ikut menjadi korban. Meski begitu ia tak mau mengatakan apakah yang dibutuhkan warga seandainya pemerintah memberikan bantuan. Justru ia menjawab, "Pak Wali, lihatlah aku di sini. Setelah melihat langsung kondisi warga, pemerintah akan tahu apa yang aku butuhkan. Daripada aku minta ini dan itu nanti hasilnya tak sesuai dengan harapan pemerintah."

Dikatakan Rahman, selama ini yang diketahui wajahnya hanyalah Aida Ismeth, anggota Dewan Perwakilan daerah (DPD) asal Kepri. Wali Kota batam sekarang hanya diketahuinya dari koran atau televisi. Wali kota sebelumnya pun tak pernah ia tahu. Camat Sei Beduk yang baru pun ia belum tahu, "Kalau kemarin Pak Rudolp, tetapi tak pernah saya lihat langsung." Merasa sebagai orang kecil, Rahman sangat berharap bisa menatap wajah pimpinannya. Warga Tanjungpiayu Laut, kata dia, tak pernah menuntut bantuan ke pemerintah, karena merasa tak ada yang bisa melakukan pembicaraan dengan pejabat. Lokasi kampung yang jauh dari kota membuat warga seakan terlelap dalam pekerjaan sehari-hari untuk mempertahankan hidup.

Laut adalah kehidupan warga setempat. Kini, tak ada lagi yang bisa dikerjakan untuk menjaga agar dapur tetap berasap selain dari mencari ikan. Sebelumnya, saat senggang melut warga mencari kayu bakar untuk dijual. Sebelum memasuki Tanjungpiayu Laut, bangunan terakhir dari Pancur adalah pabrik-pabrik bata merah. Ke tempat inilah kayu-kayu bakar tadi dijual. "Tetapi sekarang tak boleh lagi, jadi harus banting tulang di laut," katanya.

Sementara Syahrul (20) berharap pemerintah bisa memfasilitasi pengadaan listrik PLN. Saat ini warga mengandalkan genset yang hidup mulai pukul 18.00 - 23.00 wib dengan kewajiban membayar Rp150 ribu. Selain itu, ia menginginkan pemerintah peduli nasib generasi muda di Tanjungpiayu Laut. Beberapa sudah menamatkan SMA, "Tetapi akhirnya juga menjadi nelayan. Ini kan membuat banyak warga berpikir buat apa sekolah kalau hanya menjadi nelayan." Jika pemerintah peduli, mungkin ada satu dua yang diberikan beasiswa hingga perguruan tinggi agar menjadi pelopor perubahan di kampungnya. Atau anak yang cerdas diupayakan bantuan sebagai bidan desa agar warga tak kesulitan untuk berobat. Yang ada sekarang, Puskesmas Pembantu dilayani bidan yang tinggalnya tidak di kampung setempat. Kalau hujan, si bidan harus menempuh perjalanan yang jauh.

"Masa pemerintah tak punya uang untuk soal itu?" Syahrul bertanya sekaligus berharap suaranya didengarkan.

penasaran? lanjut....

Tuesday, February 12, 2008

satu senja di tepi dam duriangkang

perihnya mata oleh debu kehidupan di batam, emosi tertahan oleh keegoan warga batam, ah... aku ingin melepaskan penat. mengapa harus ikut-ikutan pergi ke bioskop seperti mereka yang melewatkan satu setengah jam dalam gedung tetapi tak tahu jalan cerita film yang ditonton karena terlalu asyik merayu pacar baru? kerutan otak kepalaku memang tak lagi lincah memberikan tanda. toh akhirnya terjawab juga, ya tepi dam duriangkang.

mengapa tempat ini? satu, uang di kantong hanya cukup untuk membahagiakan anakku dengan seporsi penthol (bakso kecil-kecil yang ditusuk pakai batang bambu, jangan tanya rasa dagingnya. yang terasa hanya tepung). dua, kebetulan bensin sepeda motor tinggal seteguk karena jatah beli bahan bakar kemarin kualihfungsikan untuk membeli rokok (istriku selalu tak tahu). tiga, mengenang kebiasaan pemerintah yang kurang peka dengan kebutuhan orang kecil macam aku. dulu, sepanjang dam duriangkang banyak kedai beragam makanan dan minuman. sudahlah, lupakan untuk menyantap aneka kelezatan menu di golden prawn atau sup ikan istimewa, terlalu jauh. mengisis perut dengan bakso di tempat ini rasanya hmmmmm. tetapi itu dulu.

sekarang, pipa air atb yang seolah membatasi air dam dengan jalan raya tertutup timbunan tanah bekas galian selokan tepi jalan. tak ada lagi remaja mukakuning berdatangan, sekadar untuk melihat nelayan-nelayan menjaring ikan atau mancing seharian meski tanpa hasil. tak ada lagi penjual rujak aceh yang mati-matian membuat gerobak dengan kotak buah dipasangi plastik karena tak mampu membeli kaca. wajah penjual bakso masih berkerut lantaran biaya untuk memplaster tanah tepi dam belum kembali, keburu dibongkar satpol pp yang berkendaraan dengan raungan keras. ah, jalanan piayu semakin tak bersahabat.

syukurlah masih ada pintu air. lokasinya agak jauh, satu arah dengan kampung bagan. kalau anda suatu saat ingin pergi mengikuti wisata sederhana bukan orang kaya, pakailah penanda kantor camat sei beduk yang sekarang lagi tahap penyelesaian. karena pembangunan kantor ini dan sebentar lagi kantor polsek sei beduk, betapa banyak orang yang ingin menjual atau menjualkan (anda tahu bedanya, kan) tanah di lokasi ini. tiga tahun lalu satu juta perak sudah dapat satu kavling ukuran 6x10 meter, tetapi saat ini mencapai lima juta perak. begitulah pembangunan. ada yang diuntungkan dan senantiasa ada yang dirugikan.

tuhan maha besar, raja segala raja. penguasa kepak sayap burung yang beterbangan di atas kepalaku duduk di atas pipa atb. sejauh mata memandang, hanya air dan air tawar. konon inilah tambang duit terbesar milik atb. jangan sekali-kali menebang pepohonan di hutan kawasan ini, pasti kena sanksi. kecuali hati-hati, seperti yang dilakukan tetanggaku saat membutuhkan tiang pancang untuk memasang antena. tetapi tetangga kupastikan tak akan keluyuran lagi mencari batang kayu yang lurus karena masuknya teve kabel. dari atas tempatku duduk, di bawah terlihat belasan warga tengah mandi. tempat ini adalah favorit warga sekitar untuk mandi, mencuci, tetapi tidak untuk buang air. maklum airnya selalu mengalir, selalu bersih.

sejuknya alam kurasakan. sangat jelas terasa, mempermainkan anak rambut anakku. sesekali kulirikkan mata ketika perawan-perawan di bawahku meluncur ke tengah dam, memamerkan kulit mulus mereka. ah, dasar lelaki. lalu kualihkan pandangan lurus ke depan. ada pulau kecil menghijau. kabarnya di sana ada warga yang menghuninya, menunggu usaha ikannya. samar-samar dari balik semak-semak yang juga terlihat samar-samar, rumah-rumah warga tampak olehku. kabarnya juga, penghuninya akhir-akhir ini tak nyaman. tak senyaman aku yang menikmati damainya gerakan air. mereka akan segera diperiksa karena dituding mendirikan bangunan di kawasan hutan lindung. kasihan mereka.

suasana bertambah senyap ketika kuputar mp3 dari ponsel bututku. berturut-turut mengalunlah lagu-lagu berikut:

bon jovi - santafe
kiss - beth
pages with kitaro - caravan
rockwell - knife

penasaran? lanjut....

Friday, February 8, 2008

nurani dan jeruji besi

membaca sebuah koran lokal, pada sampul depan terpampang seorang wanita dengan rambut dikucir satu. bajunya hitam, lumayan ketat. celana jins bitu tua membalut daging pinggul, paha dan kakinya. hm, lumayan ketat juga. belum membaca judul, aku sudah membatin, ah perempuan nakal lagi. pasti korban pemukulan lelaki yang membokingnya, atau mami yang ditangkap polisi karena ketagihan berjualan keperawanan gadis-gadis dusun.

ternyata aku salah. dia bukan perempuan yang doyan mempermainkan lelaki hanya untuk mengeruk duitnya, bukan pula mami yang matanya sangat awas meski tanpa kacamata saat melirik perawan-perawan kampung, bukan... pokoknya bukan. aku tahu itu setelah membaca judul dengan tulisan warna merah tua "tak mau jadi lonte, pilih nyolong hape". bukan cuma aku, semua asti setuju pencuri layak masuk penjara. namun kalimat pertama judul yang membuatku mengernyitkan dahi.

kubaca halaman dalam. yabeginilahbatam, ketika nurani sudah luntur. adalah sang kawan dekat yang mengajak perempuan di sampul koran tadi yang mengajak ke batam. tentu bibir sang kawan tampak manis meski tanpa polesan gincu. bayangkan saja begini, anda tinggal dengan orangtua yang sakit-sakitan. anda adalah tulang punggung. tetapi apa yang dapat anda lakukan di kampung menghadapi himpitan ekonomi? salahkah anda mengiyakan ajakan kawan anda untuk berangkat ke batam? siapa sih tak kenal batam? lihatlah di koran-koran, televisi dan media lain, pembangunan yang begitu cepat. entah mengapa, justru sang kawan berbibir merah dan kalimat rayuan nan menggoda jarang mendapatkan tempat di kolom media.

tiba di batam si perempuan tadi memang diberi seragam. ajakan sang kawan sesampai di batam akan bekerja sebagai pelayan restoran adalah kebohongan. bukan seragam pelayan, namun sepotong rok mini setinggi paha dan baju yang sangat pintar mengikuti lekuk tubuh perempuan yang mengenakannya. sadar adalah keterlambatan, begitu yang tak pernah dijadikan pelajaran banyak manusia di bumi ini. untuk menebus kesalahan masuk ke "restoran" tadi, si perempuan dalam sampul koran harus mengganti rp100 ribu per hari selama setengah tahun. bisa anda hitung berapa jumlah keseluruhannya?

nurani subyek yang sedang kita bicarakan berontak. kepada lelaki yang ingin membokingnya ia selalu mengatakan sedang datang bulan. sehari, dua hari, hingga seminggu akhirnya ia menggunakan akal. kalau lebih seminggu, bukan lagi datang bulan tetapi akal-akalan. suatu siang, "restoran" sepi, si perawan dusun kabur. lapar, dingin, tanpa kawan, tanpa saudara (padahal kita semua bersaudara, cuma belum kenal saja, bukan?).

dua alena lagi berita di koran yang saya baca habis. perawan kampung kita mencuri handphone karena ingin pulang kampung. mencuri untuk menyelamatkan keperawanan dan meninggalkan pulau nan maju ini. perjuangan yang harus dibayar mahal. kini si wanita dijebloskan ke penjara. aku tahu, orang mencuri itu harus dihukum. tetapi tak adakah penghargaan untuk upaya mempertahankan apa yang dirasa paling berharga pada dirinya? bukankah ia tak datang ke pulau ini sengaja untuk menjadi pecundang bagi keluarganya? seperti mereka yang rajin mengirimkan wesel ke kampungnya tanpa pernah diketahui ibunya apa yang tengah dikerjakan anak perempuannya di batam.

jemariku kelu mengetikkan kata-kata lagi. hari-hari si perempuan kampung pasti sunyi. sanggupkah ia mengiringi lagu puluhan jeruji di malam hari?

penasaran? lanjut....

Tuesday, February 5, 2008

teve kabel

namanya teve kabel, pemandangan langit di gang menuju rumahku pun bertambah. ya, kabel-kabel berwarna hitam yang berseliweran. saling menggelantung dari rumah ke tiang listrik yang dipinjam tanpa permisi oleh pengelola teve kabel. lalu tetangga bercerita serunya film di axn, ramainya pertandingan bola di espn, atau anak-anak kecil yang ribut di depan saluran cartoon network, juga tetangga depan rumahku yang berseri karena bisa menyaksikan acara pojok madura di jtv. itu lho, acara berita yang dibacakan pakai bahasa madura. heboh...

di komplek perumahan yang terbentuk dari pindahan warga gusuran ini teve kabel menjadi pilihan. iurannya murah, tak semahal indovison atau telkomvision. hanya dengan rp50 ribu sebulan, bisa menyaksikan 24 saluran televisi dengan tayangan berbeda. sudah setengah bulanan anakku yang duduk di tk kecil merengek minta dipasangkan teve kabel. atau istriku yang tiba-tiba lebih penuh perhatian dan akhirnya kuketahui karena ia pun ingin aku pasang teve kabel. padahal nggak mahal ya?

cuma, aku tahu pasti ibunya si toya, tetangga rumahku nyaris teriak-teriak setiap hari ketika melihat anaknya asyik-asyik saja sepanjang waktu di depan layar televisi. atau kakak toya tiba-tiba menyerobot remote dan segera memindah saluran. tentu saja kesukaan toya dan kakaknya berbeda, ujungnya keduanya saling teriak. dan teriakan bertambah ramai karena ibu toya ikutan marahin kakak toya yang tak mendengar ada pembeli berdiri sekian lama di pintu warung sembakonya. juga ibu si sekar yang selalu tersenyum saat mengantarkan anaknya sekolah dan .... kesiangan.

tetapi lama-lama aku tak enak hati juga. masak anak tetangga tahu jagoan baru anakku tahunya cuma doraemon. setelah berembug sama istri, untuk anakku paling malam jam sembilan malam teve kabel sudah harus mati, kutelepon juga pengelola teve kabel. tak ada 20 menit, pada sebuah hari minggu, akhirnya ada kabel menjulur dari tiang listrik ke rumahku. masangnya cukup sembarangan, kabel dipaku-paku ke dinding, melintasi ventilasi ruang depan, merayap di dinding ruang tamu, berkelit di ventilasi ruang tengah, merayap lagi di dinding ruang tengah. ujungnya berjuntai ke bawah.

malam pertama, kedua, aku masih kukuh dengan aturan yang kami sepakati. malam selanjutnya, aku bangun ketika tangan lembut istriku menepuk-nepuk pundakku. aku terbangun pukul 02.00 di depan saluran discovery chanel. dan aktivitasku sekarang bertambah. begitu pulang kerja, bincang-bincang sebentar dengan istri, menemani anakku nonton teve, mengantarnya ke kamar tidur, aku langsung rebahan di depan televisi. nonton teve sampai pagi. hingga suatu hari istriku sms, "mas, kita sepertinya punya waktu ngumpul hanya ketika mas pingin tidur bareng. lainnya mas asyik di depan teve kita."

penasaran? lanjut....

kmb versus bbd

sabtu kemarin, aku dapat undangan sari riduan rambe, administrator batam blogger directory (bbd). sore ada kopi darat blogger batam di godiva cafe, batam center. jujur saja aku resah. sebenarnya ini acara yang kunanti-nantikan, karena sebelumnya, di sheila fm, tiban yang datang bisa dihitung pakai jari. apa yang membuat aku resah, karena pada waktu yang sama kawan-kawan di komunitas musisi batam (kmb) sibuk menelpon karena ada acara panggung kmb di depan hotel trinity, seraya.

aku anggap kedua-duanya penting, karena dua-duanya juga memberikan sesuatu yang berharga buatku. tetapi aku akhirnya memilih pergi ke acara kmb. ada beberapa alasan mengapa aku memilihnya. pertama, ini adalah acara perkenalan sekaligus mengetahui seberapa besar minat anak-anak musik dan penikmat musik batam terhadap komunitas ini. kedua, kmb juga tengah menyiapkan acara "panggung terima kasih" yang rencananya dilaksanakan minggu besok di temenggung abdul jamal. ini sepertinya acara musik yang belum pernah ada di batam. bayangkan, tiga hari semua grup musik boleh tampil.

artinya, grup yang doyan lagu underground, dangdut, keroncong, pop halal unjuk gigi. selama ini, anak-anak punk bikin komunitas sendiri, anak metal bikin grup sendiri, anak hardcore bikin acara ngumpul-ngumpul sendiri. pernah ada cerita nyata, panitia sebuah acara festival musik sengaja mengundang satu grup hardcore agar tampil sebagai bintang tamu. ternyata grup tersebut diikutsertakan sebagai peserta festival dan dapat juara dua. pialanya diantar ke rumah seorang personil band tadi. tahu mengapa? karena anak-anak underground sepertinya "haram" tampil di ajang festival. mereka biasanya berparade musik.

alasan lain, aku sungguh tak enak hati membiarkan teman-teman di street symphony bengong karena aku tak datang. aku berharap acara segera dimulai biar aku pun bisa berbagi cerita di acara bbd. ternyata hujan datang sehingga sore hari baru dibuka acara panggung kmb. untuk membuka acara street symphony harus tampil sekaligus memainkan dua lagu. saat kujeritkan lirik-lirik she's gonenya steelheart dan forever and one (never land)nya helloween yang terbayang keakraban teman-teman blogger batam saling bercengkaram dan membentuk kepengurusan.

aku berdoa, semoga kmb menjadi tempat untuk mengeluh grup band yang selama ini hanya bisa latihan di studio tetapi tak pernah ada kesempatan manggung. semoga bbd menjadi wadah bagi blogger-blogger batam sehingga tak hanya berkiprah di dunia maya tetapi juga alam nyata.

penasaran? lanjut....

ya beginilah template pemberian | Elque 2007